Suara.com - Sejak mendeklarasikan diri menjadi calon presiden dari PDI Perjuangan, Joko Widodo (Jokowi) dihantam sana-sini oleh lawan-lawan politiknya.
Ada yang menganggap Jokowi mengingkari janji untuk memimpin DKI Jakarta sampai tahun 2017. Ada juga yang mencemooh, bahkan meremehkan kemampuan mantan Wali Kota Surakarta ini dalam hal kepemimpinan.
Tetapi, Jokowi mengatakan sama sekali tak terpancing dengan semua itu. Jebolan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, ini tetap pada pendiriannya, mengemban tugas partai dan memenuhi aspirasi masyarakat yang mendukungnya menjadi calon presiden.
Berikut ini catatan suara.com tentang sejumlah reaksi Jokowi tatkala mendapat serangan secara bertubi-tubi.
1. “Aku ra popo (aku tidak apa-apa)”
Puluhan orang demo di depan Balai Kota Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (25/3/2014) siang. Mereka mengaku kecewa berat dengan keputusan Jokowi menjadi calon presiden PDI Perjuangan.
Sebagai wujud ungkapan rasa kecewa, mereka membawa replika tiket kereta api Matarmaja kelas ekonomi-AC berukuran 3 x 5 meter atas nama Jokowi. Tiket itu diberi tanggal 25 Maret 2014 dengan jam keberangkatan 14.30 WIB dari Stasiun Senen tujuan Solo Jebres.
"Bila bohong, ini tiket pulang kampung Jakarta-Solo untuk Jokowi," kata orator yang memakai baju kotak-kotak khas yang dikenakan Jokowi saat kampanye pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Di tempat terpisah, wartawan minta Jokowi menanggapi aksi tersebut.
“Loh, kok tiket kereta? Harusnya kalau mau beliin tiket ke gubernur dikasihnya tiket pesawatlah, masa tiket kereta api,” kata Jokowi dengan nada bercanda di kawasan Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Jokowi mengaku dapat memahami situasi, apalagi menjelang pemilu.
“Bagi saya yang sudah empat kali Pilkada. Ditekan seperti ini, diserang, dicemooh, sudah setiap hari. Aku rapopo,” kata Jokowi.
2. “Mau dijelek-jelekin, ya silakan saja”
Menjelang hari H pemilu, konstelasi politik kian memanas. Walau tak menyebut secara langsung sasarannya, sindiran tajam dari Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto yang juga calon presiden dari partai itu, bisa ditebak sedang diarahkan kepada siapa.
"Jangan mau dipimpin orang-orang koruptor carilah pemimpin yang bersih dan memikirkan rakyatnya dan jangan mau juga dipimpin oleh orang yang suka bohong, boneka-boneka asing karena Indonesia akan terus miskin," kata Prabowo dalam orasi di Sragen Jawa Tengah, Minggu (16/3/2014).
Menanggapi reaksi dari pihak luar atas keputusannya menerima mandat Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Jokowi tetap tenang.
"Saya tidak akan menanggapi hal seperti itu. Kalau mau nyerang, silakan. Mau jelek-jelekin silakan, karena masyarakat tidak bodoh, sudah pintar, sudah bisa memilah-milah," katanya sambil tersenyum di daerah Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (18/3/2014). "Saya sudah berkali-kali ikut pilihan. Pilkada Solo, Pilgub di Jakarta, kalau diejek-ejek ya sudah biasa."
3. “Jelekin sono, jelekin sini, itu enggak baik”
Prabowo kembali menyindir pesaingnya di Pemilu 2014. Sindiran ini dikatakan Prabowo ketika berorasi di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (23/3/2014).
"Ada seorang tokoh politik yang bikin statement yang kemarin saya baca di koran. Dia mengatakan jangan saling menjelek-jelekkan. Saya setuju menjelek-jelekkan orang itu tidak baik," katanya.
Menurut Prabowo, orang itu sudah mengajarkan berpolitik santun kepadanya. Untuk menanggapinya, Prabowo membuat sajak yang diberi judul "Asal Santun."
Prabowo memang tidak menyebut orang yang ia sindir adalah Jokowi. Tetapi ketika Jokowi dimintai tanggapan terhadap sindiran tadi, begini reaksinya.
"Saya tidak mau berkomentar tentang itu," kata Jokowi di Balai Kota Jakarta.
Jokowi tak mau berkomentar karena baginya saling sindir dan menjelek-jelekkan orang lain adalah perbuatan yang tidak mendidik masyarakat.
"Lebih baik kita adu program saja yang santun. Jelekin sono jelekin sini itu enggak baik. Enggak memberi pendidikan politik yang baik kepada rakyat," kata dia.
Jokowi sangat berharap Pemilu 2014 dapat berlangsung secara terbuka, adil, baik, dan jujur.
"Selain itu juga memberi pendidikan demokrasi pada masyarakat," katanya.
4. “Kita tetap blusukan”
Jokowi adalah gubernur yang senang blusukan ke tengah masyarakat yang dipimpinnya. Kegiatan ini tetap ia lakukan setelah mendeklarasikan diri menjadi calon presiden. Itu sebabnya, sebagian kalangan sering menyindir Jokowi memanfaatkan acara itu untuk kampanye secara terselubung.
Jokowi tidak terpengaruh. Ia tetap saja konsisten pada kebiasaannya kunjungan kerja ke daerah-daerah di Ibu Kota Jakarta. Bagi Jokowi, blusukan adalah cara yang baik untuk menyerap permasalahan yang dialami masyarakat.
"Ya enggak apa-apa, kita tetap blusukan," kata Jokowi di Balai Kota, Selasa (18/3/2014).
5. “Adu program saja yang santun”
Tim Advokasi Jakarta Baru pernah akan menggugat Jokowi ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Penggugat menilai Jokowi melanggar asas kepatutan karena meninggalkan tugas sebagai Gubernur DKI di tengah jalan dengan maju menjadi calon presiden dari PDI Perjuangan.
Jokowi dapat memahami langkah tersebut. Tapi, ia ingin semua kritik dibawa ke forum diskusi saja.
"Lebih baik adu program saja yang santun. Jangan saling menjelekkan. Itu tidak memberi contoh pendidikan politik yang baik buat masyarakat," katanya. “Sebaiknya hal seperti itu disampaikan secara langsung dan disampaikan dengan santun."
6. “Tak mau dukung, ya silakan”
Sebagian kelompok warga mengaku kecewa berat dengan Jokowi yang mereka anggap tidak mau menyelesaikan masa jabatan selama lima tahun karena maju menjadi calon presiden. Mereka membikin berbagai acara untuk mengungkapkan kekecewaan pada Jokowi, bahkan ada yang mengatakan tak akan memilih Jokowi di Pilpres 2014.
Menanggapi hal itu, Jokowi mengatakan bahwa selama konstitusi tidak melarang seorang pejabat menyalonkan diri sebagai presiden – walau belum menyelesaikan masa jabatan -- hal itu tetap boleh dilakukan. "Kalau tidak dibolehkan pasti partai tidak akan mencalonkan," kata Jokowi.
Bagi Jokowi penolakan warga merupakan hal yang biasa.
"Ya tidak apa-apa, itu kan demokrasi. Ada yang mau mendukung silakan, yang tidak mendukung ya tidak apa-apa," ujar Jokowi di Balai Kota Jakarta, Senin (17/3/2014).