Suara.com - Sekretaris Majelis Pakar Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Ahmad Yani menilai pernyataan Ketua Umum DPP PPP (non aktif) Suryadharma Ali (SDA) untuk mendukung calon Presiden dari Partai Gerindra Prabowo Subianto merupakan keputusan pribadi atau dengan kata lain, tidak mewakili partai.
Ahmad Yani menegaskan sikap resmi PPP -- apakah di Pemilu Presiden 2014 mendukung Prabowo atau tidak -- masih akan dibahas di rapat pleno partai yang diagendakan berlangsung di kantor DPP PPP, Jalan Diponegoro, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (22/4/2014), jam 12.00 WIB.
"Jadi nanti tidak bisa personal. Dukungan PPP diberikan melalui mekanisme organisasi," kata Ahmad Yani kepada suara.com, Senin (21/4/2014). "Pernyataan (SDA) nanti akan dievaluasi atau diformalkan. Pleno ini bisa mengukuhkan (pernyataan SDA), tapi bisa juga tidak (menolak."
Ahmad Yani berharap dalam rapat pleno besok, bisa menghasilkan sikap resmi partai. Tapi andaikata besok belum diputuskan, berarti sikap resmi partai kabah ditetapkanĀ melalui sidang muktamar yang akan datang.
Terkait dengan kemampuan Prabowo, secara pribadi Ahmad Yani tidak meragukan konsep-konsep yang ditawarkan bekas Danjen Kopassus itu.
"Prabowo punya konsep ekonomi yang bagus, ingin mengangkat harkat dan martabat rakyat Indonesia," kata Ahmad Yani.
Hanya saja, kata Ahmad Yani, PPP tidak bisa langsung mendukung Prabowo tanpa melalui mekanisme partai, mengingat dalam Mukernas II di Bandung, 7-9 Februari 2014, PPP hanya memunculkan tujuh nama untuk didukung menjadi calon presiden (capres). Dari tujuh nama itu, tidak ada Prabowo.
Jelang Pemilu Presiden PPP terbelah menjadi dua kubu, yakni kubu SDA dan Romahurmuziy (Romi).
Kubu SDA resmi mendukung Prabowo. Sedangkan kubu Romi menentangnya karena dukungan PPP harus diputuskan melalui mekanisme partai yang benar. Buntut perseteruan ini, kubu Romi menggelar Rapimnas pada 19-20 April 2014 dan menonaktifkan SDA untuk sementara waktu dari kursi Ketua Umum DPP PPP, lalu menggantinya dengan Emron Pangkapi.