IPW: Sebagian Simpatisan ISIS Jadi Relawan Capres

Siswanto Suara.Com
Kamis, 07 Agustus 2014 | 11:34 WIB
IPW: Sebagian Simpatisan ISIS Jadi Relawan Capres
Diskusi bertema "Umat Beragama & Kepercayaan Menolak ISIS Demi Keutuhan NKRI", di Jakarta, awal Agustus 2014 lalu. [Suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Neta S Pane, meminta Polri secara agresif mencermati manuver ISIS di Indonesia. IPW khawatir kelompok politik tertentu merekrut atau berkoalisi dengan ISIS karena organisasi yang ingin mendirikan negara Islam di Irak dan Suriah itu berusaha masuk ke kantong-kantong kelompok radikal dan wilayah penyangga kota-kota besar di Indonesia.

Penelusuran IPW menemukan, ISIS makin menyebar di wilayah Pamulang, Bekasi, Malang, Jogja, Solo, dan sebagian Sulteng.

"Bahkan, ada beberapa simpatisan ISIS menjadi relawan capres-cawapres," kata Ketua IPW Neta S Pane, dalam pernyataan pers, Kamis (7/8/2014).

Neta mengungkapkan sosialisasi ISIS di Indonesia mulai agresif sejak dua atau tiga bulan lalu. Gerakannya, kata Neta, masih sebatas di Pulau Jawa, meski ISIS mulai mencoba masuk ke Sumatera lewat Lampung dan ke Sulawesi lewat perbatasan Sulteng-Sulsel.

"Tokoh-tokoh pergerakan ISIS di Indonesia umumnya anak-anak muda yang usianya 50 tahun ke bawah. Mereka mencoba masuk dan menguasai kawasan-kantong kantong Islam radikal serta wilayah penyanggah kota-kota besar," kata Neta.

Neta menjelaskan pola pikir yang mereka kembangkan untuk menarik minat anak-anak muda bergabung adalah mensosialisasikan syahadat "Lailaha Ilallah" yang merupakan amalan Rukun Islam Pertama dan konsep khilafah. Di beberapa daerah mereka sudah membentuk khilafah daerah.

Menurut Neta, setidaknya ada tiga kelompok ISIS yang bergerak di Indonesia. Kelompok pertama, masuk ke mesjid-mesjid dan melakukan sosialisasi, bahkan sampai ke anak-anak di Tempat Pendidikan Alquran. Kelompok kedua, membangun jaringan ke kelompok atau komunitas anak-anak muda untuk kemudian merekrutnya.

Kelompok ketiga, berusaha masuk dan menguasai bisnis limbah industri di kawasan-kawasan industri dan berusaha menancapkan pengaruh di lokasi-lokasi hiburan serta kawasan bisnis lainnya.

Dengan banyaknya ormas keagamaan yang bersikap radikal di Indonesia, kata Neta, ISIS akan mendapat tempat tersendiri di kalangan tersebut. Apalagi dengan beredarnya video di media sosial bahwa ada orang Indonesia yang menjadi tokoh di ISIS dan mengajak anak-anak muda bergabung, hal ini makin menunjukkan bahwa Indonesia menjadi negara yang sangat strategis bagi kalangan Islam garis keras internasional.

Selain itu, kata dia, posisi Indonesia tak bisa diabaikan oleh jaringan teroris internasional, setelah begitu banyak aksi-aksi teror yang memakan korban di Indonesia.

Artinya, jaringan teroris internasional dan kalangan ISIS menilai banyak anak-anak muda Indonesia yang berpotensi direkrut dan dikader untuk membuat kekacauan, baik di negara lain maupun di Indonesia sendiri.

Kata Neta, situasi ini tentu membuat Polri harus segera bekerja keras, untuk melakukan deteksi dan antisipasi dini sehingga bisa diketahui sudah sejauh mana "kekuatan" ISIS bercokol di Indonesia. Siapa-siapa saja tokoh garis keras yang sudah bergabung atau menjadi kader.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI