Suara.com - Terpilihnya Joko Widodo menjadi Presiden RI untuk periode 2014-2019, semakin memantapkan langkah Wakil Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama untuk mengisi kursi Gubernur menggantikan posisi Jokowi.
Pro kontra pun bermunculan di tengah masyarakat. Ada yang mendukung Ahok menjadi Gubernur Jakarta karena lelaki ini diakui tegas dalam memberantas perilaku korup bawahannya. Tetapi, ada juga anggota masyarakat yang tidak setuju Ahok jadi orang nomor satu di Jakarta dengan sejuta alasan.
Warga yang mendukung Ahok, antara lain bernama Lelle. Menurut warga Slipi, Jakarta Barat, Ahok adalah pemimpin yang tegas dan tidak bisa disetir oleh siapapun. Ia berharap Ahok meneruskan program-program Jokowi serta menjalankan gaya blusukan ke kampung-kampung seperti yang dulu dilakukan Jokowi.
"Tegas, tidak mandang bulu dengan bawahannya, maksudnya ga bisa diajak kompromi. Setuju (jadi Gubernur), harus bisa meneruskan pimpinan belusukan Jokowi. Saya ga masalah, ras, agama, suku, yang penting bisa memimpin Jakarta," katanya ketika ditemui suara.com di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (24/8/2014).
Tak hanya warga sipil, anggota Kepolisian RI pun mengakui ketegasan Ahok.
"Bagus. Dia ga suka yang menyimpang-menyimpang, dan kita bisa merasakan perubahan, dan sinerginya kepada gubernur juga bagus," kata anggota polisi bernama M. Fuad
Fuad sama sekali tidak mempermasalahkan Ahok yang beragama Kristen, maklum saat ini masih ada orang yang suka mengangkat isu agama untuk menjatuhkan Ahok.
"Ga masalah beda Agama, kembali lagi ke orangnya," katanya.
Ia juga berharap Ahok selalu blusukan karena menurutnya itu merupakan cara efektif untuk mengetahui masalah di lapangan.
"Kalau kita jadi bawahan seperti itu, misalnya suara kita mau ke atas terus hanya di-cut (potong) di tengah dan tak sampai ke atasan," Fuad menambahkan.
Berbeda dengan Asih, warga Manggarai, Jakarta Selatan. Ia tidak setuju Ahok menjadi Gubernur. Alasannya, warga Jakarta mayoritas Islam, sedangkan Ahok Kristen, Cina pula.
"Kurang setuju. Kita kan masyarakat Islam, Ahok kan keturunan Cina. Takutnya orang pribumi kesingkir. Kalau Ahok jadi Gubernur, takutnya perusahan yang ada di luar masuk ke Indonesia disah-sahin masuk ke Indonesia," kata Asih.
Asih menolak Ahok juga karena menurutnya Ahok tidak berangkat dari masyarakat kelas bawah. Ia membandingkan Jokowi, yang menurutnya berasal dari kalangan bawah sehingga mengetahui keadaan masyarakat yang sesungguhnya.
"Pak Ahok kurang pendekatan, kurang turun langsung ke masyarakat, kita belum tahu kerjanya, yang sering blusukan kan Pak Jokowi, Pak Ahok-nya belum tahu. Cara kerjanya dia," kata Asih.
Tapi bila Jakarta tetap dipimpin Ahok, Asih berharap Ahok meneruskan kinerja Jokowi.
"Dia bisa seperti figur Jokowi, turun langsung lah dengan sifat blusukannya," katanya.
Warga Matraman, Jakarta Timur, Muhammad, juga menolak Ahok jadi Gubernur. Alasannya, selain karena Ahok bukan orang Islam, Ahok juga dinilai sering marah kepada anak buah.
"Terlalu keras kata saya. Istilahnya sering marah-marah begitu, dia gak kaya Jokowi saya rasa, antara Pak Ahok dan Jokowi bertolak belakang cara kepemimpinannya," kata Muhammad.
Kendati demikian, ia tetap akan menghormati aturan pemerintah yang bisa secara otomatis menjadikan Ahok Gubernur setelah Jokowi mundur.
"Saya ingin punya pemimpin yang mempunyai keyakinan yang sama dengan saya. Tapi kalau kebijakannya seperti itu kita ikutin aja sebagai rakyat kecil," kata Muhammad.
"Harapan saya bisa bikin lebih memajukan masyarakat. Ingin pemimpin kaya Pak Jokowi, bila mau gusur, dicarikan solusi dulu," kata pedagang balon di Taman Surapati.