Suara.com - Di tengah viralnya hoax yang menyebut Pasha Ungu mundur dari DPR karena menolak "makan uang haram", sebuah pertanyaan menarik muncul yakni mengapa harus Pasha?
Mengapa bukan politisi lain? Jawabannya terletak pada perjalanan kariernya yang penuh liku dan kontras, yang secara tak sadar menjadikannya ikon sempurna bagi narasi kekecewaan publik.
Dari seorang penyanyi idola remaja hingga menjadi bagian dari elite politik di Senayan, inilah lima fase penting dalam karier Pasha Ungu yang menjelaskan mengapa publik begitu mudah merayakan kebohongan tentang dirinya.
1. Fase Musisi Idola Generasi
Bagi jutaan orang Indonesia, nama Pasha pertama kali melekat sebagai vokalis band Ungu dengan rambut gondrong dan suara khasnya.
Di awal tahun 2000-an, ia adalah idola. Citranya adalah seorang seniman, figur panggung yang jauh dari dunia politik yang kaku dan korup. Ingatan kolektif tentang Pasha sebagai "anak band" inilah yang menjadi fondasi utama mengapa ia dianggap sebagai "orang luar" yang berbeda.
2. Kejutan Terjun ke Politik sebagai Wakil Wali Kota Palu
Langkah Pasha untuk terjun ke politik pada tahun 2016 adalah sebuah kejutan besar.
Ia berhasil terpilih sebagai Wakil Wali Kota Palu, Sulawesi Tengah. Fase ini menandai transformasinya dari seorang seniman menjadi seorang birokrat.
Baca Juga: Ini 5 Fakta Viral Pasha Ungu Mundur dari DPR yang Ternyata Hoaks
Meskipun banyak yang meragukan, ia berhasil menyelesaikan masa jabatannya, membuktikan bahwa ambisi politiknya bukan sekadar main-main.
3. Fase Naik Kelas: Menjadi Anggota DPR RI di Senayan
Inilah titik di mana Pasha secara resmi menjadi bagian dari institusi yang paling tidak dipercaya oleh publik.
Terpilih sebagai anggota DPR RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) untuk periode 2024-2029, ia kini duduk di Senayan.
Posisinya sebagai "orang dalam" inilah yang membuat narasi hoax "mundur dari dalam" menjadi sangat kuat dan dramatis.

4. Politisi Cukup Pragmatis