PKL Bogor Pakai 'Tongsis' Berjualan di Pinggir Stasiun

Ardi Mandiri Suara.Com
Senin, 23 Februari 2015 | 02:13 WIB
PKL Bogor Pakai 'Tongsis' Berjualan di Pinggir Stasiun
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pedagang kaki lima ada yang menggunakan tongkat narsis, atau lebih dikenal dengan tongsis untuk melayani para pembelinya sehingga menjadi pemandangan menarik yang terlihat di pinggir pagar Stasiun Besar Bogor, Jawa Barat.

Salah seorang pedagang, berjualan di pinggir pagar Stasiun Besar Bogor di Jalan Kapten Muslihat, dengan sepeda motonya ia menjual kopi, rokok, tissue, juga permen dan lainnya.

Tongsis dibuat dari tangkai payung yang dimodifikasi pada bagian ujungnya diberi kawat melingkar sebagai penggantung cangkir plastik sebagai media untuk mengirimkan barang dagangan, uang bayaran, maupun kembalian uang.

Panjang tongsis hampir satu meter, cukup untuk melayani konsumennya yang berbelanja dari balik pagar yang dibatasi dua pagar, yakni pagar stasiun dan pagar pedestrian sekeliling stasiun.

Langkah ini dilakukan pria paruh baya itu karena beberapa penumpang kereta yang sudah berada di stasiun membutuhkan dagangnyanya baik kopi maupun rokok.

Cara berjualan ala Asep itu mendapat perhatian sesama pedagang yang juga ikut menjajakan dagangannya dari balik pagar yang mengelilingi Stasiun Besar Bogor.

"Ohh itu Tongsis, kreatif juga yah," kata salah seorang pedagang gantungan kunci.

Asep, demikian panggilan akrabnya, menjadi satu-satunya pedagang yang menggunakan tongsis untuk berjualan, sejumlah pedagang lainnya masih menjajakan secara manual, terkadang mereka kesulitan untuk melayani pembeli yang sudah berada di dalam stasiun, namun banyak juga masyarakat yang berbelanja sebelum masuk ke dalam stasiun, atau bahkan mereka harus berdiri di atas bedestrian untuk bisa jual beli.

Belum diketahui persis sejak kapan tepatnya pedagang kaki lima tadi menggunakan tongsis untuk membantunya berjualan melayani pembeli dari dalam stasiun. Namun alat bantu itu telah memberikan kemudahan dan keuntungannya baginya untuk tetap berjualan.

Dua pagar yang mengelilingi Stasiun Besar Bogor tidak menjadi halangan bagi Asep untuk mengais rejeki di tengah hiruk-pikuknya Kota Bogor.

Minggu pagi itu, mislanya, seorang penumpang kereta yang hendak berangkat membeli sebatang rokok dari Asep, dengan sigap Asep mengulurkan tongsis yang di bagian ujungnya sudah ada sebungkus rokok yang diletakkan di dalam gelas palstik.

Transaksi jual beli terjadi dengan bantuan tongsis, setelah mengirimkan rokok, pembeli mengembalikan sekaligus memasukkan uang sebagai tanda bayar. Lalu Asep kemabali mengirimkan tongsis berisi korek api, sambil mengirimkan uang kembalian.

Zero Toleran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bogor telah menetapkan kawasan Stasiun Besar Bogor sebagai zona zero toleran terhadap PKL, sejak dilakukan penataan kawasan dengan mengaktifkan jembatan penyebrangan orang, dan pembuatan pedestrian sekeliling stasiun.

Guna mencegah para PKL tetap berjualan, sebagian pagar diberi vertical garden, persis di tikungan antara Jalan Mayor Oking menuju Kapten Muslihat. Tetapi belum semua pagar pedestrian yang diberikan pembatas tersebut sehingga beberapa PKL masih mangkal di sekeliling stasiun.

Bahkan para PKL terkesan kucing-kucingan dengan pihak Satpol PP untuk tetap bisa berjualan tanpa kena penertiban. Mereka muncul sore dan pagi hari. Tidak hanya itu, mereka mulai bergeser berjualan di jembatan penyebrangan orang, atau di halte depan Lapas Paledang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI