Suara.com - Andrew Chan, salah satu terpidana mati kasus penyelundupan heroin 8,2 kilogram punya satu permintaan terakhir sebelum dipindahkan dari Lapas Kerobokan, Denpasar, menuju Pulau Nusakambangan, Cilacap, tempat dilaksanakannya hukuman mati. Andrew, yang akan dieksekusi bersama rekannya, Myuran Sukumaran, ingin bertemu dengan kekasihnya, Febyanti Herewila, sebelum diterbangkan ke Nusakambangan. Sayang, permintaan terakhir Andrew tidak dipenuhi oleh pihak Kementerian Hukum dan HAM.
Adalah suatu hal yang teramat berat bagi seorang yang sudah mengetahui bahwa ajal akan segera menjemput. Biasanya, orang-orang tersebut punya keinginan terakhir sebelum mati. Beberapa diantaranya bahkan amat menyentuh, seperti permintaan Andrew Chan.
Berikut ini beberapa permintaan terakhir dari orang-orang tersebut.
Pizza untuk tunawisma
Philip Workman adalah seorang terpidana mati kasus pembunuhan polisi di Nashville, Tennessee, Amerika Serikat, pada tahun 1981. Philip adalah seorang tunawisma yang kecanduan kokain. Ia menembak mati seorang polisi saat mencoba merampok guna membeli barang haram itu.
Ia divonis mati dan dieksekusi pada tahun 2007. Sebelum dieksekusi, ia menyampaikan permintaan terakhirnya, yakni untuk menyumbangkan satu loyang pizza vegetarian untuk tunawisma. Awalnya, polisi menolak memenuhi permintaan tersebut. Namun, berita dengan cepat menyebar. Orang-orang yang iba beramai-ramai menyisihkan uang dan membelikan pizza sesuai permintaan di terpidana mati.
Dana yang terkumpul mencapai 1.200 Dolar dan dipakai untuk membelikan pizza bagi kaum tunawisma yang tinggal di sebuah rumah penampungan di Nashville.
Dansa terakhir sebelum ajal menjemput
Brett Marie Christian adalah gadis remaja yang divonis mengidap penyakit leukimia sejak usia 11 tahun. Di umur 15 tahun, dokter memperkirakan usianya tidak akan lama lagi.
Terlepas dari penyakit yang dideritasnya, Brett tak ubahnya seperti gadis kebanyakan. Ia juga suka bermain Facebook, nonton film kartun, dan amat memimpikan bisa hadir di pesta dansa sekolah. Ia ingin sekali bisa berdansa dengan Treytonom, sahabat lelaki yang selama ini menemaninya di masa sulit.
Namun, penyakit yang menggerogoti tubuhnya membatasi ruang geraknya. Menyadari umur anaknya tak akan lama lagi, ayah dan ibu Brett merancang sebuah pesta dansa di rumah sakit tempat Brett dirawat. Di hadapan keluarga dan 50 teman sekolahnya, Brett akhirnya bisa berdansa dengan Tretonom. Brett menghembuskan nafas terakhir beberapa hari usai pesta dansa tersebut.
Sumbangkan seluruh mainan untuk anak lain
Permintaan terakhir bocah asal California, Amerika Serikat yang satu ini amatlah menyentuh. Nathan Garcia nama bocah tersebut.
Ia divonis mengidap kanker dan dinyatakan sulit sembuh meski telah menjalani operasi dan kemoterapi. Di ulang tahun ke-13 nya, yang ternyata menjadi ulang tahun terakhirnya, Nathan memutuskan untuk menyumbangkan seluruh mainannya kepada anak-anak lain di rumah sakit tempat ia dirawat.
Berita tentang Nathan menginspirasi komunitas amal setempat untuk membantu gerakan mengumpulkan mainan untuk disumbangkan. Total, terkumpul 4.000 mainan yang akhirnya dibagikan ke anak-anak di rumah sakit dua hari setelah Nathan meninggal dunia.