Bioskop bisik bukan hanya sekadar ungkapan, namun benar-benar ada. Pengurus LSM pengembangan khusus tuna netra, Mitra Netra Aria Indrawati pernah merasakannya di Australia.
Kata dia, bioskop itu sama seperti bioskop pada umumnya. Merlayar lebar, memiliki sistem pengeras suara sempurna dan tempat duduk yang nyaman. Namun bedanya, di setiap kursi disediakan earphone. Earphone itu akan mengeluarkan suara yang penjelasan tentang detil adegan film ketika dalam keadaan sunyi atau hanya ada gambar.
Bioskop yang sama juga ada di Malaysia. Pertengahan Januari 2015 lalu Malaysia meluncurkan bioskop khusus tuna netra. Bioskop juga dilengkapi dengan sistem audio yang menjelaskan tentang adegan atau pergerakan dalam film tersebut. Bioskop itu menjadi yang pertama di Asia Tenggara.
Indrawati mengatakan konsep bioskop bisik itu ada sejak tahun 2007. Namun disempurnakan dengan bantuan teknologi sejak tahun lalu dengan menggunakan transmiter yang biasa digunakan untuk penerjebah bahasa. Kemudian diaplikasikan di sebuah bioskop umum.
Namun tanpa teknologi deskripsi audio, bioskop bisik ini bisa diterapkan secara manual. Ini juga bisa diterapkan di lingkungan
keluarga dan lingkungan pertemanan.
"Misal nonton 'Laskar Pelagi', itu diawali dengan anak-anak yang lari. Belum ada dialog yah. Nah di sana bisa dijelaskan dengan bisikin ke tuna netra, kalau ada anak-anak lari dan sebagainya. Begitu ada dialog, tidak perlu dijelaskan. Kecuali ada hal yang perlu dijelaskan seperti keadaan pemandangan atau situasi aktor lagi kedinginan atau kepanasan," papar Indriwati.
Ayo ajak anak tuna netra nonton bioskop
Kata Indrawati, tuna netra di Indonesia berjumlah 3,7 juta orang, atau 1,5 persen dari 250 juta jumlah penduduk Indonesia. Itu data perkiraan Kementerian Kesehatan.
"Mereka tidak mendapatkan fasilitas penunjang seperti orang pada umumnya," kata perempuan yang juga tuna netra itu.
Dari jumlah tuna netra tersebut, hampir setengahnya adalah anak-anak atau remaja. Kebanyakan mereka juga tidak bisa merasakan kehidupan 'normal' seperti anak-anak lainnya.
"Makanya saya selalu katakan, ayo kalau punya anak tuna netra jangan disimpan saja di rumah. Diajak dong ke pasar, pantai, ajak jalan pagi, ke car free day. Sehingga dia bisa menikmati kehidupan ini sama dengan orang yang tidak tuna netra. Sehingga masyarakat ini terbiasa melihat tuna netra dan tahu bagaimana cara memperlakukannya," papar Indriwati.
"Ajak juga anakmu nonton film. Begini lho cara membawa anakmu nonton film. Sehingga dia (anak-anak) bisa tumbuh seperti anak-anak pada umumnya," jelas dia.