Begini Cara Jepang Dorong Penduduknya Mau Menikah

Minggu, 28 Juni 2015 | 07:52 WIB
Begini Cara Jepang Dorong Penduduknya Mau Menikah
Ilustrasi pernikahan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mine Mori melirik malu-malu lelaki yang tengah duduk di depannya. Selama ini Mori mengaku hanya mencintai kucing, musik dan makanan kare.

Mori berada di sebuah acara perjodohan yang digelar sebuah biara Budhis di sana. Mori yang berusia 32 tahun berlum juga menikah, karena dia seorang biarawati. Dia mencari suami yang sempurna. Dengan mengenakan gaun hitam yang menutupi tubuhnya dia duduk malu-malu.

'Matchmaking' tengah populer di Jepang. Sebagai negara yang mempunyai kekuatan ekonomi terbesar ketiga di dunia, Jepang tidak cukup baik dari sisi regenerasi. Sebab angka pernikahan dan kelahiran terus menyusut di sana. Banyak warganya yang memilih untuk tidak menikah karena berbagai alasan. Kalau pun menikah, mereka menikah di usia tua.

Terakhir dalam setahun hanya ada 653.740 pernikahan. Ini tercatat terus merosot sejak perang dunia berakhir. Sementara rata-rata usia menikah pun terus mundur. Perempuan di sana rata-rata menikah di usia 29 tahun, sementara lelaki 31 tahun.

Seperti dilansir Telegraph, Sabtu (27/6/2015), biaya hidup di Jepang tidak murah, mulai dari perawatan anak sampai dengan biaya pendidikan. Ini membuat anak muda di Jepang takut untuk menikah.

Hal itu mendiorong pemerintah swasta dan pemerintah berinisiatif untuk menggelar perjodohan. Serta mendorong pekerja mudanya untuk menikah dan memiliki anak.

Kalangan biarawati dan biarawan juga terdorong untuk 'menyelamatkan' generasi Jepang. Meski dengan menikah, artinya mereka melanggar janji. Tapi mereka ingin menjamin kelangsungan hidup dan mempunyai keturunan.

Pemerintah Jepang pun sudah mensubsidi acara perjodohan sebesar 3 miliar yen. Perdana Menteri Shinzo Abe beberapa waktu lalu mengatakan ingin meningkatkan jumlah kelahiran yang turun selama 60 tahun terakhir.

Dalam acara perjodohan itu, perempuan dan lelaki akan dihadapkan dengan pilihan lawan jenisnya. Mereka saling bertukar catatan mulai dari hobi, makanan kesukaan sampai suami yang diinginkan. Jika sudah menemukan pasangan yang cocok, mereka bisa langsung memutuskan untuk menikah. (Telegraph)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI