Beda Jauh Penanganan Korban Kecelakaan KRL di Jepang dan Jakarta

Selasa, 18 Agustus 2015 | 14:22 WIB
Beda Jauh Penanganan Korban Kecelakaan KRL di Jepang dan Jakarta
Penumpang KRL Commuter Line yang hendak ke Bogor tampak memadati Stasiun Tebet, Jakarta, Minggu (19/7/2015). [Suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Standar penanganan kesehatan di Negeri Sakura Jepang sangat tinggi. Seluruh bagian negara itu diakui peduli dengan kesehatan warga negaranya.

Hal itu juga diakui seorang ilmuan asal Indonesia yang mengabdikan diri di Tohoku University, Jepang bernama Nur Arif. Dia berbagi cerita di Stella Maris International School, Serpong Tangerang, Selasa (18/8/2015).

Dia mencontohkan Jepang begitu fokus menolong warga Fukushima dari ledakan Pembangkit Tenaga Nuklir (PLTN) di sana. Tidak ada korban dengan luka serius. Warganya diungsikan di tempat yang layak. Selain itu perlindungan dari radio aktif pun dilakukan maksimal.

"Tragedi Fukushima itu contoh. Pemerintah Jepang sangat melindungi warganya," kata dia.

Arif juga bercerita contoh kecil pertolongan pemerintah Jepang di tempat umum. Semisal ada korban kereta api listrik.

"Ada pengalaman saat saya naik KRL di Jepang. Ada seorang gadis terjepit pintu kereta yang otomatis. Jarinya terkena dan berdarah," cerita Arif.

Arif mengatakan peristiwa itu diketahui oleh salah petugas keamanan kereta dan langsung dilaporkan. Hal mengejutkan, mobil ambulance, dokter khusus dan petugas medis langsung datang menolong si gadis.

"Saat itu di Kota Koriyama. Di sana sudah sigap, dijemput oleh tim medis. Ada dokter dan dua perawat dan ambulance.. Itu hanya kejepit," kata dia.

Bagaimana jika Indonesia? "Di indonesia, jatuh dari kereta lalu hanya ditutupin koran jasadnya, dan dipertontonkan. Makanya saya katakan, standar kesehatan di Jepang sangat tinggi," kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI