"Semua orang berharap kemakmuran serta hidup yang lebih ceria, lepas dari beban masalah," ujarnya.
Bayangkan china town
Ketika mendengar nama China Town yang ada di benak salah seorang warga Bengkulu, Hermi Ningsih, adalah kawasan yang tidak jauh berbeda dari yang digambarkan pada film-film Tiongkok bertajuk suasana oriental.
China Town itu dibayangkan menjadi kawasan dengan arsitektur bangunan yang khas dan berkarakter layaknya permukiman dan pasar tradisional di negara Tiongkok. Kawasan yang berhiaskan pernak-pernik seperti lampion serta dekorasi khas lainnya itu, sehingga membuat pengunjung yang datang merasa seperti sedang berada di Tiongkok.
"Coba rumah toko yang berada di kawasan China Town ditata rapi dengan gaya bangunan seperti di film-film Jackie Chan," kata dia lagi.
Semua itu akan menarik minat pengunjung untuk datang ke kawasan permukiman warga keturunan Tionghoa di Bengkulu. Diharapkan hal itu akan berimbas pada pariwisata Bengkulu juga akan terasa lebih hidup.
"Apalagi masyarakat sekarang mudah tertarik dengan sesuatu yang unik dan berkarakter," kata dia pula.
Lebih lanjut Hermi menjelaskan, banyak contoh diberitakan berbagai media massa bahwa kawasan-kawasan yang unik selalu diserbu pengunjung.
"Diberitakan, kebun bunga yang mempesona, banyak yang datang ke sana, juga pondok unik di pinggir pantai, mereka datang ke sana walaupun hanya untuk berfoto, bahkan kebun bunga dan pondok tersebut sampai rusak karena karena pengunjung melebihi kapasitas," ujarnya pula.
Kawasan China Town dikelilingi oleh destinasi wisata Bengkulu. Pada bagian barat diapit Pantai Malabero, di bagian timur ada Tugu View Tower Tsunami dan rumah dinas gubernur Bengkulu. Sebelah utara atau gerbang China Town saling berhadapan dengan Benteng Marlborough, dan di selatan merupakan salah satu jalan masuk ke Pantai Panjang Bengkulu.
Asal Muasal Tionghoa Sekitar tahun 1700 Masehi, etnis Tionghoa datang ke sejumlah daerah di Tanah Air, termasuk datang ke Pulau Sumatera. Etnis Tionghoa masuk ke daerah pesisir Sumatera yang memiliki dermaga, seperti Sumatera Barat, Palembang, Lampung serta daerah di bagian utara Pulau Sumatera.
"Salah satunya warga Tionghoa masuk ke Sumatera Barat atau Riau pegunungan. Dari sana asal etnis Tionghoa di Bengkulu," kata pakar sejarah yang juga akademisi Universitas Bengkulu, Agus Setiyanto MHum Dari Sumatera Barat sebagian warga etnis Tionghoa pindah ke Kota Bengkulu. Migrasi tersebut diperkirakan terjadi sekitar tahun 1800 Masehi.
"Dulu mereka hidup berpindah-pindah karena miskin, dan masuklah ke Bengkulu lewat jalur perdagangan," katanya.
Sampai di Bengkulu, usaha perdagangan etnis Tionghoa dan pekerjaan di bidang lainnya membuahkan hasil. Kesejahteraan mereka meningkat dan menjadi salah satu etnis yang diperhitungkan pemerintah penjajah Inggris yang berkuasa di Bengkulu saat itu.
Menurut Agus, dalam dokumen sejarah dari Kolonel Nawis yang ditugaskan untuk persiapan pertukaran wilayah jajahan dari pemerintah Inggris ke Kolonial Belanda tergambar kondisi tersebut.