Diduga Terlibat Kelompok Teror, Singapura Tangkap 4 Warganya

Madinah Suara.Com
Jum'at, 18 Maret 2016 | 05:01 WIB
Diduga Terlibat Kelompok Teror, Singapura Tangkap 4 Warganya
Ilustrasi pasukan ISIS. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Empat warganegara Singapura ditahan ISA-lembaga antiteror Singapura, karena dicurigai terlibat dengan sejumlah kelompok radikal di Timur Tengah.

Kementerian Dalam Negeri Singapura baru-baru ini mengumumkan nama-nama orang yang berhasil diamankan. Mereka adalah Mohammad Razif Yahya (27) dan Amirudddin Sawir (53). Keduanya dicurigai akan terbang ke Yaman untuk bergabung dengan kelompok militan Islam di sana.

Dua orang lainnya adalah Mohamed Mohideen  Mohamed Jais (25) serta seorang lagi bernama Wang Yuandongyi. Tak satupun dari keempat orang tadi terkait dengan ISIS.

Wang Yuandongyi sebelumnya berencana bergabung dengan pasukan Kurdi untuk melawan ISIS. Menurut staf Kementerian Dalam Negeri Singapura, Wang sangat membenci ISIS dan ingin memeranginya dengan cara bergabung dengan pasukan Kurdi.

Wang diketahui berhubungan dengan militan Kurdi sejak Desember lewat percakapan di internet. Di situ, dia membahas soal jalur yang akan dilalui untuk menuju ke Suriah. Rencana ini gagal karena keburu diendus aparat. 

"Pemerintah akan bertindak tegas kepada siapapun yang mendukung, mengampanyekan, melakukan atau membuat persiapan untuk melakukan kekerasan bersenjata, terlepas dimana hal tersebut akan dilakukan," kata pihak kemeterian dalam pernyataan resminya.

"Keterlibatan mereka dalam konflik di luar negeri juga dapat membahayakan kepentingan nasional Singapura, termasuk hubungan bilateral kami. Mereka dianggap menimbulkan ancaman bagi keamanan Singapura, dan akan tegas ditangani sesuai dengan hukum kita," lanjutnya.

Razif diketahui mulai belajar di Yaman pada 2010 lalu, sementara Amiruddin terbang ke sana pada 2013. Keduanya masuk ke salah satu kelompok militan untuk memerangi kelompok Syiah Houthies. Razif dan Amiruddin dilatih sebagai sniper dan terampil menggunakan senjata laras panjang Kalashnikov.

Sementara Mohideen bertugas menjaga persenjataan saat belajar di Yaman sejak 2009 hingga 2013.

"Razif dan Amiruddin telah disiapkan untuk membunuh dan menjadi martir di konflik Yaman," katanya. (Asiaone)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI