Suara.com - Tangannya memegang bundelan uang kertas di pinggir Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, Senin (4/7/2016) siang. Dia mengayun-ayunkan uang tersebut ke arah pengendara yang sedang melintas.
Ada pengendara yang berhenti, tetapi kebanyakan cuma menoleh.
Namanya Angel (29). Perempuan asal Medan, Sumatera Barat, sejak beberapa pekan terakhir menjadi penjual jasa penukaran uang kertas pecahan.
Angel memanfaatkan momentum Lebaran atau saat dimana umat muslim berbagi uang kepada anak-anak, untuk mencari rezeki di Jalan Gajah Mada.
Saat ditemui Suara.com, Angel tengah berpanas-panasan. Dia tak putus asa menawarkan bundelan uang kertas berisi pecahan Rp2 ribu hingga pecahan Rp20 ribu kepada pengendara.
Angel mengaku sudah sepuluh hari terakhir, setiap hari berdiri di tepi Jalan Gajah Mada.
"Aku baru sepuluh hari bang, soalnya baru baru dapat cuti kerja. Kalau teman-teman yang lain itu sudah lama di sini," kata Angel.
Angel mengatakan pekerjaan ini hanyalah sampingan. Untungnya tidak besar, tetapi cukup untuk tambahan uang saku.
"Nggak besar sih, tapi lumayan buat beli lipstik. Tahun-tahun kemarin juga nukar bang. Tapi sekarang lebih sepi dibanding tahun sebelumnya. Hari aku baru dapat Rp400 ribu doang. Masuk saku baru Rp15 ribu dong," kata Angel.
Angel mengatakan keuntungan dari penukaran uang nanti dibagi dengan bandar atau pemodal. Bandar, kata dia, biasanya mengambil untuk lebih besar dibanding dirinya yang saban hari berdiri di tepi jalan.
"Kita akan ada bandarnya. Jadi kalau misalnya bank tutup gitu, bandarnya ambil keuntungan lebih besar. Biasanya dia ambil cuma 60 persen, kalau bank tutup, dia ambil bisa 70 persen. Tapi kadang bagi tengah juga, 50-50. Itu kalau bandarnya kasihan," kata Angel.
Ada ratusan orang yang nyambi jadi penjual jasa seperti Angel di Ibu Kota.
Selain di Jalan Gajah Mada, jasa seperti yang dilakukan Angel juga dapat dengan mudah ditemukan di sepanjang Jalan Arteri Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Umumnya, mereka mengaku pendapatan tahun ini lebih kecil dibandingkan tahun lalu.