Suara.com - Bahasa Jawa mengandung nilai-nilai yang bisa menjadi pedoman perilaku dalam kehidupan bermasyarakat, kata pemerhati kebudayaan Jawa dari Universitas Diponegoro, Dhanang Puguh.
"Nilai-nilai itu terkandung dalam sastra lisan dan tulis yang menggunakan bahasa Jawa," kata Ketua Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro di Semarang, dikutip dari Antara, hari ini.
Puguh mengemukakan bahwa relatif banyak sastra piwulang yang dapat menjadi pedoman dalam berperilaku.
"Ada banyak juga ungkapan Jawa yang berfungsi sebagai pedoman perilaku. Paribasan, wangsalan, dan tembang isi pesannya dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan budi pekerti," katanya.
Menjawab soal tingkatan bahasa dalam bahasa Jawa, yaitu kromo inggil, kromo madya, hingga ngoko (tingkatan bahasa yang terendah dalam bahasa Jawa), Dhanang mengatakan, "Mula-mula, saya kira ada unsur untuk membedakan kedudukan sosial. Menurut sejarah, penggolongan ini terjadi pada masa kerajaan Mataram pada masa Sultan Agung."
Penggolongan itu, kata Puguh, akhirnya dapat diterima masyarakat Jawa. Masyarakat akhirnya menempatkan diri sesuai dengan kedudukannya ketika berkomunikasi dengan orang lain.
"Apabila tidak tahu tentang hal itu, dianggap kurang sopan. Fakta-fakta ini menunjukkan tentang hal itu, khususnya yang mengakrabi kebudayaan Jawa," kata dia.
Sampai saat ini, kata dia, masyarakat Jawa yang kurang terampil berbahasa Jawa (lisan) dalam berkomunikasi sering menyatakan permohonan maaf apabila di dalam berkomunikasi ada yang kurang tepat dalam penggunaan kata.
"Itu artinya orang Jawa memiliki kesadaran ketika berkomunikasi dengan bahasa Jawa bahwa penggunaan kata yang kurang tepat dapat mengakibatkan ketidaksopanan," kata dia.
BERITA MENARIK LAINNYA:
Pasukan Ungu Muncul di Jakarta, Apa Sih Kerjaan Mereka?
Isu Keluarga Mirna Hamburkan Uang, Pengacara Jessica: Buat Apa?
Mendadak Ayah Mirna Minta Maaf ke Pengacara, Ada Apa?
Jaya Suprana Sempat Takut Pecah Perang Gara-gara Ucapan Ahok