Mengintip Rehabilitasi Narkoba Gaya Filipina

Rabu, 19 Oktober 2016 | 21:10 WIB
Mengintip Rehabilitasi Narkoba Gaya Filipina
Warga Filipina di rehabilitasi narkoba. (Reuters)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Filipina di bawah kepemimpinan Presiden Rodrigo Duterte dikenal keras dalam memberantas narkoba di negara itu. Duterte mengeksekusi mati 2.288 orang yang diduga terjangkit pasar narkoba.

Melambungnya popularitas methamphetamine dengan harga yang murah, banyak warga negara di Asia Tenggara yang terjerat narkoba.

Banyak negara mengadopsi kebijakan 'garis keras' untuk melawan lonjakan narkotika. Salah satunya Filipina. Duterte menyatakan perang terhadap narkoba.

Karena tindakan keras terhadap narkoba itu, sebanyak 700 ribu orang memilih 'menyerahkan diri' dengan masuk panti rehabilitasi. Dalam panti, mereka menjalankan berbagai program yang dipercaya akan menyembuhka mereka.

Pemerintahan Duterte saat ini membangun pusat rehabilitasi narkoba terbesar. Ada 44 fasilitas yang dikelola swasta dan publik.

Biaya pengembangan panti rehabilitasi ini dari sumbangan amal dan perusahaan pengembang properti asal Cina, Huang Rulun. Biaya itu akan mengobati sampai 10 ribu pasien. Filipina akan membangun 4 pusat rehabilitasi narkoba di tempat lain.

Di Olongapo, pengguna narkoba diajarkan keterampilan pertukangan. Mereka digaji 5.000 peso Filipina sebulan atau sekitar Rp1,3 juta per bulan untuk membangun peti mati kayu.

Peti mati, terbuat dari kayu lapis sederhana dan dicat putih, diberikan kepada keluarga miskin kota yang tidak mampu membayar layanan pemakaman. (Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI