Suara.com - Lembaga Survei Media Survei Nasional (Median) mencatat politik identitas kandidat gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta masih menentukan sikap pemilih. Politik identitas ini melihat faktor kesukuan dan agama.
Dalam survei itu, mayoritas warga DKI Jakarta mengakui bahwa kompetensi Anies Rasyid Baswedan dalam memimpin DKI Jakarta ke arah yang lebih baik jauh dibawah Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Survei menempatkan Ahok di posisi teratas (53,6) persen dan Anies hanya (32,5) persen.
Survei dengan responden 800 orang dengan margin of error sebesar lebih kurang 3,4 persen dan tingkat kepercayaan pada angka 95 persen tersebut dilaksanakan pada 21-27 Februari 2017.
"Jadi responden ditanya tentang kompetensi calon secara face to face, Ahok masih unggul. Kita tanya, siapakah yang menurut anda paling mampu memimpin Jakarta ke depan?" kata Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun di Restoran Bumbu Desa, Jalan Cikini Raya, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (6/3/2017).
Hal itu juga didukung oleh kepuasan masyarakat yang masih tinggi terhadap kinerja Ahok-Djarot selama menjalankan roda pemerintahan DKI Jakarta selama ini. Berdasarkan hasil survei tersebut, sebanyak 56,30 persen masyarakat DKI memgaku puas dengan kinerja Ahok-Djarot.
"Yang sangat puas 9,30 persen, dan yang mengaku tidak puas hanya 30 persen, sangat tidak puas 1 persen. Sementara yang tidak menjawab ada 3,40 persen," katanya.
Ada anomali atau keanehan terhadap sikap warga DKI Jakarta. Sebab, meski mereka mengakui kinerja Ahok dan menilai lebih pantas memimpin Jakarta, tetapi tidak mau memilihnya. Mereka lebih ingin memilih Anies menjadi Gubernur.
"Kalau kita lihat dari tingkat elektabilitas angara Ahok dengan Anies, elektabilitas Anies lebih tinggi (46,3) persen dibandingkan Ahok (39,7) persen, meskioun masih ada 14 persen yang belum mentukan pilihan pada Pilgub putran kedua," katanya.
Ketika diusut, alasan warga DKI pun lebih pada politik identitas.
Baca Juga: Kemana Pendukung Agus, Survei: 35 Persen ke Anies, 10 Persen Ahok
"Tone negatif terhadap Ahok masih tinggi, sekitar 65,7 persen, sementara untik Anies hanya 17 persen. Tidak bisa mejaga kata-kata dan penista agama dijadikan warga DKI alasan tidak memilih Ahok," kata Rico.
Namun, ketika ditanya apakah pilihan terhadap Anies yang diakui warga DKI memiliki tingkat kemampuan dibawah Ahok akan merugikan warga DKI Jakarta, Rico membantahnya. Sebab kata dia, apanyang terjadi saat ini hanya bersofat persepsi belaka.
"Agak sulit kita presdiksi ya, karena itu terkait kinerja langsung, bisa jadi itu hanya persepsi atas kompetensi, kita tidak tahu apakah nanti kinerjanya baik atau tidak, kita belum tahu. Kan belum tentu lebih mundur kinerjanya, metoka saat menjabat nanti, karena banyak juga yang persepsinya kurang tapi saat bekerja, dia baik, dan sebaliknya. Kalau Pak ahok dia gampang bercerita seperti saat berdebat lalu, karena dia petahana," katanya.