Suara.com - Populasi Muslim di beberapa negara Eropa bisa tiga kali lipat pada tahun 2050. Sebuah penelitian mengungkapkan, jika semua imigrasi ke benua tersebut berhenti, populasi Muslim Eropa akan terus bertambah dalam beberapa dekade mendatang, demikian laporan Pew Research Center.
Pada pertengahan 2016, dari 25,8 juta Muslim sebagai baseline, laporan tersebut memodelkan tiga skenario untuk memperkirakan jumlah Muslim yang akan tinggal di Eropa pada tahun 2050. Setiap skenario mengasumsikan tingkat migrasi yang berbeda.
Di bawah skenario "migrasi nol", diperkirakan 30 juta Muslim akan membentuk 7,4 persen populasi Eropa pada tahun 2050, dibandingkan dengan 4,9 persen yang mereka hadapi tahun lalu. Para periset mengatakan, hal ini terutama karena umat Islam rata-rata berusia 13 tahun lebih muda dari orang Eropa lainnya dan juga memiliki tingkat kelahiran lebih tinggi.
Studi tersebut memperkirakan 58,8 juta Muslim akan menyumbang 11,2 persen populasi dalam skenario "migrasi menengah" yang memiliki migrasi mempertahankan "kecepatan reguler", yang didefinisikan oleh para peneliti Pew sebagai migrasi yang didorong oleh alasan ekonomi, pendidikan dan keluarga, namun tidak untuk mencari suaka sebagai pengungsi.
Dalam skenario "migrasi tinggi", studi ini memproyeksikan arus pendatang migran ke Eropa antara tahun 2015 dan 2016, akan berlanjut tanpa batas waktu. Hal ini mengakibatkan 75 juta Muslim di Eropa meningkat 14 persen, pada pertengahan abad ini.
"Bahkan, dengan imigrasi paling banyak, populasi umat Islam masih jauh lebih kecil daripada populasi orang Kristen dan orang-orang tanpa agama di Eropa," disimpulkan para peneliti.
Migrasi telah menjadi topik yang sensitif secara politis di Eropa, menyusul masuknya pendatang baru, termasuk pengungsi, pada tahun 2015 dan 2016.
Beberapa negara telah melihat reaksi balik termasuk partai populis yang berkampanye mengenai pesan anti-Islam.
Penelitian ini didasarkan pada data sensus dan survei, daftar populasi, data imigrasi dan sumber lainnya. Ke 30 negara yang diliputnya mencakup 28 anggota Uni Eropa, ditambah Norwegia dan Swiss.
Baca Juga: PM Inggris Kecam Presiden Trump yang Sebar Video Anti Muslim
Dalam skenario migrasi yang tinggi, Jerman dan Swedia akan mengalami kenaikan terbesar karena kedua negara mengambil pencari suaka paling besar selama masa krisis pengungsi dua tahun lalu.