Bertemu Sisi Lain Filep Karma

Siswanto Suara.Com
Senin, 15 Januari 2018 | 20:30 WIB
Bertemu Sisi Lain Filep Karma
Filep Karma [suara.com/Siswanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lelaki tua berewok datang dengan senyuman. Dia mengenakan kemeja dan celana mirip seragam aparatur sipil negara. Sepatunya besar berwarna biru. Tangannya memegang helm bergambar bendera Bintang Kejora. Yang mencolok lagi pin dan gambar topi loreng. Pin Bintang Kejora dipasang di dada sebelah kiri. Topinya bergambar bendera Timor Leste.

Saya sudah familiar dengan wajah lelaki tua itu. Pertamakali melihatnya dari foto yang diunggah pendiri Yayasan Pantau di blog Andreasharsono.net. Benar-benar tak menyangka,  siang itu bisa bertemu orang Biak ini secara langsung. 

Dia disambut beberapa teman saya. Mereka segera bercakap-cakap seperti kawan lama, walau saya yakin sebagian besar teman saya baru pertamakali bertemu dengannya. Pembawaannya tenang, percaya diri, tak mengambil jarak, dan jenaka, tak sulit bagi orang seperti saya yang baru bertemu untuk cepat membaur.

“Pace kenapa bawa-bawa helm Bintang Kejora ke Jakarta,” 

Lelaki tua menjawab.

 “Ya daripada pakai punya orang bekas-bekas.” 

Tawanya pecah. 

Rupanya dia baru saja dari kantor Kedutaan Besar Jerman untuk mengurus Visa. Dia datang ke Jalan Cikini Raya pakai ojek. Sebelum ke Cikini, helm Bintang Kejora sudah diajaknya ke Kaliurang, Yogya. 

Lelaki tua itu memang pegawai negeri sipil. Nama lengkap Filep Jacob Semuel Karma. Biasa dipanggil Filep Karma. Dia anak tokoh penting di Papua,  Andreas Karma. Filep seorang pejuang kemerdekaan Papua Barat.  

 “Ini (menunjuk ke pakaian mirip PNS) saya ingat sebenarnya bukan (dari) Indonesia,” kata lelaki tua. “Tapi ini warisan Belanda dulu.” 

Bagi Filep tidak ada yang salah dengan pakaian yang dikenakannya pada hari itu. Tapi, tak salah juga kalau sebagian orang penasaran. Dia pakai pakaian mirip PNS pemerintah Indonesia, sementara ada atribut berlambang Bintang Kejora di dada. 

“Tidak, ini bukan PNS. Mana lambangnya.” Filep menjelaskan pakaian yang dikenakannya. 

Dia menekankan bahwa itu bagian dari kebebasan berekspresi. Lalu, tertawa.

Tapi lebih jauh tujuan dia berpenampilan demikian yaitu untuk memotivasi teman-temannya sesama PNS di Papua. Agar mereka semua punya sikap. Jangan beraninya hanya di belakang. 

“Kalian jangan jadi pengecut. Jangan di belakang ngomongnya Papua merdeka, tapi di depan nggak, saya Indonesia.” 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI