Bertemu Sisi Lain Filep Karma

Siswanto Suara.Com
Senin, 15 Januari 2018 | 20:30 WIB
Bertemu Sisi Lain Filep Karma
Filep Karma [suara.com/Siswanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Filep tergolong orang ekspresif. Bicaranya spontan. Berbincang-bincang singkat saja sudah bisa mengetahui sikap politiknya. Sikap itu tidak pernah berubah pada diri Filep. Gara-gara keteguhan sikap mendukung perjuangan mencapai referendum bagi Papua, dia berurusan dengan pemerintah Indonesia. Dia masuk penjara beberapa kali. Tuduhannya tak main-main. Makar. 

Siang itu, Jumat minggu kedua Januari 2018. Filep mampir ke lantai dua Kekini Kafe, Jalan Cikini Raya 45, Menteng.  Kebetulan pada waktu itu, saya ikut kursus jurnalisme sastrawi dan Filep ingin ketemu temannya. Janet Steele. Janet seorang guru jurnalisme sastrawi asal Amerika. 

Filep menaruh helm di dekat tas di atas almari kecil, dekat pintu. Kemudian dia berdiri di dekat almari yang berada di depan pintu ruang kelas. Filep meladeni beberapa peserta kursus jurnalisme narasi yang mengajaknya bincang-bincang.

“Saya boleh pakai helmnya, pace.”

Filep menoleh ke arah saya.

“Boleh, silakan.” Tawanya pecah. Begitu juga dengan orang-orang di ruangan.

Di sela dia ngobrol, saya pelan-pelan minta izin foto bersamanya. Dia antusias. Tapi sebelum dijepret pakai kamera telepon seluler, dia memberi saran agar posisi kepala saya menyamping, menghadap mukanya, agar warna selang seling biru merah Bintang Kejora pada helm kelihatan dari depan. 

Telapak tangan kiri Filep mengepal di dada. Dia tersenyum. Jepret.

“Apa tidak mau pakai helm Jakarta, pace.” Kata saya kemudian. Saya masih penasaran. Apa dia tidak kerepotan bawa-bawa barang itu. Dari Papua -  Jakarta – Yogya – Jakarta lagi.

“Tidak apa-apa. Di Papua, tiap hari saya pakai.” 

“Apa tidak takut ditangkap tentara?” 

“Ada seorang kapolres bilang ‘cari kamu paling gampang, tinggal lihat helm.’” 

Setelah berucap demikian, dia tertawa lebar. Matanya kali ini berbinar-binar. Penampilan fisik Filep memang terkesan garang. Tetapi kalau sudah mengobrol dengan dia, persepsi itu akan lenyap. Lelaki 58 tahun itu pandai bercerita pengalaman-pengalaman yang bisa membuat tawa pecah.

Suhu ruangan kafe terasa sejuk, meskipun cuaca di Jakarta Pusat sedang panas-panasnya. Di media internet, siang itu, memberitakan peristiwa demonstrasi Front Pembela Islam. Mereka memprotes Facebook yang dianggap memblokir sebagian akun alumni demonstran 2 Desember 2016 atau dikenal 212.

Filep menikmati suasana di lantai dua. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI