Tangis Tabur Bunga untuk Korban Lion Air: Aku Masih Ingin di Sini

Selasa, 06 November 2018 | 15:11 WIB
Tangis Tabur Bunga untuk Korban Lion Air: Aku Masih Ingin di Sini
Keluarga dan Kerabat Penumpang Pesawat Lion Air PK-LQP diajak mengungjungi lokasi jatuhnya pesawat di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.(Suara.com/ Muhamad Yasir)

"Kalau memang ditemukan, pasti akan kita ambil," ujarnya.

Operasi Pencarian Perjalanan menuju lokasi pesawat jatuh memakan waktu kurang lebih dua jam. Sekitar 10 menit sebelum sampai di lokasi, Syaugi menyampaikan sambutan dan menyampaikan tentang operasi pencarian.

Menurut Syaugi, pencarian telah diperpanjang hingga Rabu (7/11/2018). Akan ada evaluasi dan analisis sebelum proses pencarian dinyatakan diteruskan atau akan dihentikan.

"Akan kami evaluasi dan analisis apakah ada kemungkinan korban masih bisa ditemukan. Kalau masih ada kemungkinan, akan diperpanjang," katanya.

Sebelum menuju buritan kapal untuk tabur bunga, keluarga korban memanjatkan doa bersama dipimpin para perwira rohani TNI dalam lima agama secara bergantian.

Tangis keluarga korban Lion Air JT 610 sudah mulai pecah saat doa dipanjatkan.

Di atas buritan KRI Banjarmasin-592, Syaugi memberikan keterangan kepada wartawan. Tujuan mengajak keluarga korban ke lokasi pesawat jatuh adalah agar mereka bisa mendoakan penumpang yang menjadi korban lebih dekat.

Selain itu, memberikan kesempatan kepada keluarga korban untuk melihat langsung proses pencarian dan pertolongan yang dilakukan tim gabungan. Saat itu, di lokasi memang masih terdapat beberapa kapal pencarian dan pertolongan.

"Tim pencarian dan pertolongan serius dalam mencari korban. Kami tidak main-main," katanya.

Baca Juga: Keluarga Tak Kuasa Menahan Tangis di Lokasi Jatuhnya Lion Air

Perhatian masyarakat sedang tertuju pada kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang. Awalnya pesawat dilaporkan hilang kontak pada Senin (29/10) pukul 06.33 WIB dengan posisi terakhir yang terdeteksi pada koordinat 107,07 Bujur Timur dan 05,46 Lintang Selatan.

Petugas kapal Baruna Jaya I mengangkat bagian ban pesawat Lion Air (PK-LQP) JT610 Jakarta- Pangkal Pinang  yang ditemukan tim Penyelam TNI AL Dislambair di Perairan Karawang, Jawa Barat, Minggu (4/11). (Suara.com/Fakhri Hermansyah)
Petugas kapal Baruna Jaya I mengangkat bagian ban pesawat Lion Air (PK-LQP) JT610 Jakarta- Pangkal Pinang yang ditemukan tim Penyelam TNI AL Dislambair di Perairan Karawang, Jawa Barat, Minggu (4/11). (Suara.com/Fakhri Hermansyah)

Koordinat tersebut berjarak 34 mil laut dari Jakarta, 25 mil laut dari Tanjung Priok dan 11 mil laut dari Tanjung Karawang. Dalam jumpa pers beberapa jam setelah pesawat dilaporkan hilang kontak, Kepala Basarnas M Syaugi mengatakan "Emergency Locator Transmitter" (ELT) dari pesawat Lion Air JT 610 tidak terdeteksi oleh "Medium Earth Orbit Local User Terminal" (MEOLUT) Basarnas.

"Kami sampai bertanya ke Australia yang juga memiliki MEOLUT. Ternyata MEOLUT Australia juga tidak mendeteksi ELT Lion Air JT 610," katanya.

Sementara itu, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono menduga ELT tidak menyala karena ikut tenggelam bersama badan pesawat.

Menurut Soerjanto, ELT seharusnya menyala ketika badan pesawat menghadapi tekanan tertentu yang diperkirakan sebagai awal dari kecelakaan. Bila sudah tenggelam, ELT tidak bisa mengirimkan sinyal karena sinyalnya merambat melalui udara.

Di dalam air, pesawat akan mengeluarkan sinyal melalui "underwater locator beacon" (ULB) yang berupa bunyi "ping" terus menerus. Untuk mendeteksi pesawat di dalam air, digunakan "pinger finder".

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI