Obituari, Sastrawan Eksil Kuslan Budiman Sendiri Menolak Sunyi

Reza Gunadha Suara.Com
Jum'at, 07 Desember 2018 | 17:17 WIB
Obituari, Sastrawan Eksil Kuslan Budiman Sendiri Menolak Sunyi
Kuslan Budiman (1935--2018). [Antara News/Marchia Kalyanitta]

"Akhir 1970an saya sudah sangat rindu ingin pulang ke Indonesia, menengok sanak saudara, terutama ibu yang kabarnya semakin sakit-sakitan. Namun, saya tidak mendapat izin akses ke Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing," katanya.

Ia menimpali, "Bahkan, saya saat itu mendapat kabar mantan duta besar Indonesia di Tiongkok, Pak Djawoto, yang wartawan dan pernah jadi pimpinan Kantor Berita Antara juga sudah pindah ke Belanda karena tidak bisa pulang ke Tanah Air."

Selama di Moskow, Kuslan pernah satu apartemen dengan sastrawan kelahiran Cianjur, Jawa Barat, Utuy Tatang Sontani (1920 1979).

Mereka banyak membuka akses bagi sesama anak bangsa Indonesia yang mendapat tugas belajar dari, oleh dan untuk negara, namun kemudian terangsingkan di negeri orang, antara lain Tiongkok, Rusia, Belanda, Prancis, Austria, Chekoslowakia (kini Cheko dan Slowakia) dan Jerman.

Kuslan menyelesaikan pendidikan tinggi bidang seni dan industri terapan di Stroganovskoye, Rusia, pada 1977.

Saat itu dirinya mulai mendiskusikan kemungkinan pindah ke Belanda bersama Utuy, karena udara Rusia yang sangat dingin kurang baik bagi kesehatan mereka. Namun, Utuy tetap di Rusia hingga wafat 1979.

"Saya merasa kehilangan sahabat dan saudara sehati-seperjuangan saat mengantar Utuy ke peristirahatannya yang terakhir," ujar Kuslan.

Akhirnya, Kuslan Budiman bermukim di di Kota Woerden, Belanda hingga akhir hayatnya. Ia memilih untuk tinggal sendiri, tidak berkeluarga.

"Saya biasa sendiri, tapi tak pernah sunyi. Alone but lonely. Saya bahagia punya banyak sanak saudara baru di nama pun bermukim. Ada anak-cucu baru yang membahagiakan selalu datang," demikian Kuslan Budiman.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI