Intervensi Industri Rokok ke Dalam RUU Pertembakauan?

Kamis, 13 Desember 2018 | 11:04 WIB
Intervensi Industri Rokok ke Dalam RUU Pertembakauan?
Cold turkey bukan metode terbaik berhenti merokok. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Takut Warga Miskin Tak Bisa Beli Rokok

Sedangkan anggota Badan Anggaran (Banggar) Bambang Haryo Soekartono menentang keras kenaikkan cukai rokok. Menurutnya, jika cukai rokok dinaikkan, warga kelas bawah kesulitan membeli rokok karena harganya pasti akan naik. Sebab, kata dia, 70 persen penduduk Indonesia mengkonsumsi rokok.

“Merokok itu tidak dapat ditinggalkan oleh rakyat Indonesia. Kalau orang berhenti merokok itu akan menyebabkan generasi muda itu akan terkena stunting. Rokok itu adalah kebutuhan pokok rakyat Indonesia, lebih baik mati, dari pada tidak merokok,” kata Bambang.

Politikus Partai Gerindra ini berpendapat, jika cukai rokok di naikkan bisa menggerus industri rokok yang dapat menyebabkan gulung tikar. Sehingga dampaknya terhadap buruh industri itu dan petani tembakau. Pada hal, kata dia, tembakau merupakan identitas bangsa Indonesia yang patut dibanggakan. Sebab tembakau Indonesia kualitasnya terbaik di dunia.

“Indonesia mempunyai tembakau terbaik di dunia, jadi jangan lantas digerus oleh pak Jokowi, tidak boleh itu,” ujar dia.

Bambang pun menyanggah kabar kelompok industri rokok mengintervensi DPR dalam pembahasan RUU-P. Ia mempersilahkan untuk membuka fakta-fakta dugaan intervensi industri rokok ke DPR agar RUU tersebut mengakomodir kepentingan mereka.

“Itu tidak benar. Kalau memang ada pesanan-pesanan seperti itu, ya buka saja ke publik. Begitu dibuka nanti akan ketahuan apakah ada kepentingan tertentu,” kata dia.

Menurutnya, Ketua Umum partai Gerindra sekaligus calon Presiden Prabowo Subianto pro tembakau. Jika terpilih jadi Presiden, Prabowo akan membuka akses seluas-luasnya bagi perokok di Indonesia.

“Kalau pak Prabowo jadi presiden, itu petani tembakau akan diberdayakan. Tembakau akan dibudidayakan yang tidak dimiliki negara lain. Indonesia dapat menaikan devisa rokok yang sekarang ini hanya Rp 150 triliun, menjadi berlipat-lipat. Suatu saat penggemar rokok di seluruh dunia itu akan datang ke Indonesia untuk menikmati rokok,” terang dia. 

Baca Juga: Polsek Ciracas Dibakar, Polisi Belum Bisa Pastikan Pelaku Pembakaran

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI