"Setiap tahun hasil halaqah ulama ini juga terus dibacakan. Mari kita memanfaatkan momentum Ramadan ini untuk berbuat baik, berkata baik, mari kita sambung lagi silaturahmi," ucap Ganjar.
Ganjar juga bangga terhadap warga yang masih ingat dan selalu menunggu moment Dugderan baik di Masjid Kauman atau di Masjid Agung Jawa Tengah.
"Masyarakat sekarang berkumpul semuanya menunggu cerita yang sudah ratusan tahun. Ternyata masyarakat sangat antusias menunggu Ramadan dan mereka juga tahu sejarah Dugderan, dug itu suara bedug, der itu suara mercon atau bom udara. Maka ini menjadi tradisi yang dinantikan masyarakat Semarang," katanya.
Menutup halaqahnya, Tumenggung Probo Hadikusumo berulang-ulang memukul bedug yang diikuti bunyi 'Der' dari petasan. Sorak Sorai dan tepuk tangan masyarakat pun langsung menggema di pelataran masjid berpayung raksasa itu.
Kontributor : Adam Iyasa