Saat itulah Irfansyah mengakui senpi tersebut digadai. “Oh iya saya gadai bang, kan itu untuk menutupi kontrakan dan kebutuhan rumah tangga. Kan pelurunya ada sama abang dua yang saya titipkan waktu gadai di Bogor. 'Oh iya Armi aku lupa'. Setelah itu Armi pulang.”
Besoknya, Irfansyah dan Yusuf kembali melakukan pemantauan di lokasi yang diberikan Kivlan Zen. Irfansyah mengakui, Kivlan Zen menegaskan lokasi yang dipantau itu adalah rumah Yunarto Wijaya.
”Kami memotret dan membuat video. Seperti biasa, Yusuf kasih fotonya ke saya, dan saya teruskan ke Armi. Tapi Armi tak menjawab,” ungkapnya.
Karena tak mendapat jawaban dari Armi, Irfansyah berpikir tugasnya sudah selesai dan kembali ke Pos Peruri untuk bekerja. Uang operasional yang diberikan Kivlan Zen juga dibagi-baginya.
”Ternyata tanggal 21 Mei pukul 20.00 WIB, saya ditangkap polisi berpakaian preman hingga sekarang ini,” tuturnya.
Untuk diketahui, polisi sudah menangkap 6 tersangka yang berencana membunuh 4 tokoh nasional serta 1 pemimpin lembaga survei. Selain Irfansyah, tersangka lain adalah AZ, TJ, AD, AF alias Fifi.
Sementara 4 tokoh nasional yang menjadi target pembunuhan adalah Menkopolhukam Wiranto, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Kepala BIN Budi Gunawan, dan Staf Kepresidenan Bidang Kemanaan dan Intelijen Gories Mere. Kesemuanya hendak dieksekusi dengan memanfaatkan kerusuhan 22 Mei.