"Mereka kan generasi yang lahir dari rahim reformasi, jadi ketika mereka melihat krisis keadilan dalam pemberantasan korupsi, misalnya, dan penegakan hukum menjadi ajang jual-beli, mereka merasa kebebasannya terancam," ujar Nezar Patria melalui sambungan telepon kepada SUARA.com, Rabu (25/9/2019).
"Jadi tuntutan mereka itu adalah refleksi kegundahan akan politik sekarang dan nasib mereka sendiri di masa depan, yang kontra dengan reformasi," imbuhnya.
Nezar Patria juga memuji gaya berunjuk rasa anak-anak muda saat ini. Menurut dia, mereka menggunakan hak-hak berpolitiknya dan bisa berbicara bebas, yang, kata dia, tak dimiliki olehnya dan rekan-rekan aktivis 98.
Selain itu, bagi Nezar Patria, para mahasiswa ini mempunyai cara yang autentik dalam menyuarakan aspirasi dan menunjukkan bahwa mereka militan.
"Ya gaya anak sekaranglah, milenial. Mereka punya cara yang autentik untuk menyuarakan apa yang mereka mau," kata Nezar Patria .
"Mereka juga tegas, punya militansi yang kuat, sampai bisa bertahan sampai malam-malam ditembaki gas air mata. Itu bukti mereka militan," lanjutnya.
Sebagai mantan aktivis pada 1998, Nezar Patria kemudian berpesan pada para mahasiswa ini untuk belajar dari kesalahan dan kekuatan angkatan sebelumnya.
"Angkatan sebelumnya tidak mengawal proses reformasi sampai tuntas. Mereka tidak mengawal perubahan-perubahan secara simultan," ungkap Nezar Patria.
Baca Juga: Mayoritas Korban Ricuh Demo Mahasiswa Sesak Napas, Anies: Tiga Dioperasi