Morales Dikudeta: Sayap Kanan dan Pukulan untuk Sosialisme Amerika Latin

Reza Gunadha Suara.Com
Sabtu, 16 November 2019 | 18:53 WIB
Morales Dikudeta: Sayap Kanan dan Pukulan untuk Sosialisme Amerika Latin
Eks Presiden Bolivia Evo Morales. [Twitter]

Dalam pemilu, Morales yang didukung Partai MAS menang dengan perolehan suara 47,8 persen. Sementara lawannya yang merupakan politikus sayap kanan, Carlos Mesa, kalah dengan 36,5 persen suara pendukung.

Selain itu, kemenangan Morales juga dikukuhkan oleh keberhasilan Partai MAS yang memeroleh suara mayoritas di Kongres maupun Senat Bolivia.

Namun, Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) mengklaim pemilu tersebut diwarnai kecurangan pihak petahana.

Padahal, kajian Pusat Penelitian Ekonomi dan Kebijakan (CEPR) yang berbasis di Amerika Serikat menyimpulkan, tidak ada penyimpangan dalam pemilu Bolivia.

Trump dukung sayap kanan

Jacobin juga mengungkapkan, terdapat kelindan antara kudeta Bolivia dengan kepentingan Amerika Serikat.

Sejak lama, Morales dikenal sebagai sosok yang anti-kebijakan Amerika Serikat. Terlebih setelah Donald Trump menjadi Presiden AS.

“Dosa-dosaku adalah menjadi pemimpin serikat, menjadi orang asli, dan berasal dari kelompok kiri yang anti-imperialisme AS,” tegas Evo Morales melalui Twitter seusai dikudeta.

Tanggal 12 April 2019, Senat AS menyetujui resolusi yang menyatakan “keprihatinan” atas dukungan warga terhadap Morales untuk menjadi Presiden Bolivia untuk kali keempat.

Baca Juga: Dihujani Protes, Presiden Bolivia Evo Morales Mengundurkan Diri

Senat AS dalam resolusi itu mengutip hasil referendum tahun 2016 tentang perlunya perubahan konstitusi untuk membatasi seseorang untuk mengajukan diri sebagai presiden di Bolivia.

Padahal, Mahkamah Pemilihan Tertinggi Bolivia (TSE) pada Januari 2019 menyatakan Morales bisa kembali mencalonkan diri sebagai presiden.

TSE membolehkan Morales kembali menjadi capres dengan merujuk pada Pasal 23 Konvensi Amerika tentang Hak Asasi Manusia.

Namun, pada hari yang sama dengan terbitkan resolusi Senat AS, 15 legislator oposisi Bolivia melayangkan surat kepada Donald Trump “Untuk menjadi penengah di Amerika Latin dan mencegah Evo Morales kembali mencalonkan diri sebagai presiden.”

Presiden Bolivia Evo Morales saat berbicara di La Paz, 29 Maret 2017 [AFP]
Presiden Bolivia Evo Morales saat berbicara di La Paz, 29 Maret 2017 [AFP]

Sementara dari sektor ekonomi, Jacobin menilai terdapat dukungan AS terhadap kudeta di Bolivia karena terdapat upaya perusahaan-perusahaan swasta untuk tetap mengeksploitasi tambang cadangan lithium.

Sebab, dalam kampanyenya, Evo Morales berniat menasionalisasi industri lithium.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI