Warganet yang berkomentar di cuitan Tunggal juga merasa heran dengan adanya surat larangan merayakan Hari Valentine di Bekasi. Seperti komentar dari @fcepi yang menulis, "Apakah tidak boleh saling mengasihi dan menyayangi?"
"Jajan coklat sama recook resep kue. Itu dinas pendidikan Kota Bekasi kenapa gak bikin pendidikan seks aja gitu lho. Capek banget jadi anak sekolah di Bekasi ini, segala dilarang. Ttd: Penduduk Kota Bekasi," komentar dari @danilestari.
MUI juga Melarang
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat menganjurkan masyarakat tidak ikut merayakan Hari Valentine yang biasa jatuh setiap tanggal 14 Februari. Ia menilai, budaya valentine lebih banyak negatifnya dibandingkan positif.
"Jadi Hari Valentine itu kan budaya luar ya, budaya barat, yang dalam budaya baratnya itu banyak hal yang negatif," ujar Sekretaris MUI Jabar Rafani Achyar seperti dilansir Ayobandung-jaringan Suara.com, Rabu (12/2/2020).
Menurut Rafani, Hari Valentine kerap diidentikan dengan hari kasih sayang, namun banyak diekspresikan dengan hal-hal yang bertentangan nilai-nilai ketimuran dan agama.
Terlebih, kata dia, Indonesia ini merupakan negara yang sangat menjunjung tinggi norma agama, dan norma kesusilaan. Menurutnya Hari Valentine adalah budaya barat yang tidak cocok dengan nilai-nilai ketimuran.
"Terutama kepada anak-anak muda, tidak usah meniru budaya barat yang memang isinya itu sangat bertentangan. Kan bisa merusak moral," sambung Rafani.
Untuk itu, ia mengimbau kepada masyarakat untuk dapat memfilter budaya barat, jangan asal diikuti. Namun demikian, dia mengaku tidak anti barat, tetapi masyarakat harus lebih bijak mencermatinya.
Baca Juga: 5 Fakta Hari Valentine di Arab Saudi, Ada Hadiah dari Kutipan Alquran
"Kita tidak anti budaya barat, kalau budaya barat yang positif, seperti kerja keras, tekun belajar, disiplin, itu yang patut ditiru, bukan pergaulan bebasnya," katanya.
![Perayaan Hari Valentine di Arab Saudi. [Arab News]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/02/14/96364-perayaan-hari-valentine-di-arab-saudi.jpg)
Meski mendapat tentangan keras dari mayoritas kalangan pemuka agama, kondisi tersebut menjadi berbeda dengan yang terjadi di Kawasan Timur Tengah.
Meski dikenal sebagai pusat penyebaran Agama Islam dunia sejak awal, keadaan berbeda dengan Indonesia justru terjadi di Kerajaan Arab Saudi. Mawar merah tidak lagi disembunyikan di ruang belakang toko bunga, dan cokelat berbentuk hati tidak lagi dijual di bawah meja pada Hari Valentine di Arab Saudi.
Arab Saudi Rayakan Hari Valentine
Sejak tahun 2016, polisi agama di Saudi telah melegalkan perayaan Hari Valentine. Namun, Hari Valentine atau hari kasih sayang baru dirayakan secara meriah di Saudi pada tahun 2018. Itu setelah tokoh agama Saudi mengesahkan perayaan Hari Valentine.
Tahun lalu, seperti diberitakan Arab News, Syekh Ahmed Qasim Al-Ghamdi, mantan presiden Komisi untuk Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan di Makkah, mengumumkan di televisi bahwa merayakan Hari Valentine tidak bertentangan dengan ajaran Islam.