Dunia yang Hancur, Titik Temu Nasib Anak Korban Bom Bali dan Putra Eks ISIS

Selasa, 18 Februari 2020 | 16:16 WIB
Dunia yang Hancur, Titik Temu Nasib Anak Korban Bom Bali dan Putra Eks ISIS

"Saya takut emosi saya menggebu-gebu mengingat kejadian itu. Di dalam hati saya, masih tak percaya, apalagi kalau liat foto bapak tak kuat. Di antara adik-adik, saya yang paling ngrasain bersama bapak," tuturnya.

Pada 13 Oktober 2002, sekitar jam dua siang, jenazah Aris Munandar diturunkan dari mobil di depan kediaman keluarga di Denpasar.

Endang Isnanik, istri Aris yang tengah sakit, sempat mengintip. Namun keluarganya memegangnya dan melarang untuk melihat jenazah. Garil lah yang melihat secara jelas bersama kakek angkatnya.

"Saya hanya lihat posisinya lagi tidur di depan stir mobil. Seperti yang dia cerita pada malam saat berangkat dia mau minum obat sambil menunggu tamu, mungkin tertidur pulas waktu kejadian," ucapnya.

"Mayat didatangkan karena kondisi yang lengket, tak bisa dimandikan, hanya bisa ditayamun. Disalatkan di masjid, dikuburkan hari itu juga," kata Endang lagi.

Terpidana kasus terorisme Bom Bali, Ali Imron (Youtube Indonesia Lawyers Club)
Terpidana kasus terorisme Bom Bali, Ali Imron (Youtube Indonesia Lawyers Club)

Air matanya mengalir deras. Dua orang adik Garil masih belum mengerti apa yang terjadi dan bermain seperti biasa, kondisi yang membuat tamu-tamu melayat semakin tersedu.

Sementara sang ibu tengah menderita Remathoid Artistic, penyakit autoimun yang sering menyebabkannya tak bisa bangun karena nyeri pada sendi seluruh tubuh.

Saat kejadian, Sabtu malam 12 Oktober 2002, ayah Garil tengah menanti tamu di depan diskotek Sari Club yang penuh dengan tamu asing.

Hari-hari, bulan-bulan dan tahun-tahun berikutnya merupakan masa-masa terberat bagi keluarga Aris Munandar.

Baca Juga: Mahfud MD: Cabut Status WNI eks ISIS Tak Perlu Lewat Pengadilan

"Setiap berjalan ke sekolah, kelas di lantai atas, dan biasanya ada bapak sama mama datang," cerita Garil.

"Saya kalau ingat di sekolah, dibandingkan adik-adik, saya yang paling ingat bapak, anak pertama yang paling disayang."

"Kaya udah tak ada tujuan hidup, bingung tak tahu gimana. Sampai SMA pun, masih gak karuan. Melihat kondisi mama, saya seperti orang depresi."

Sabtu malam itu pada peringatan ke-17, Garil untuk pertama kalinya mengunjungi Ground Zero, tempat yang beberapa kali ia lewati.

Beberapa hari setelah peringatan ke-17 itu, Garil menyampaikan berbagai pertanyaan yang selama ini ia pendam kepada Ali Imron, pelaku Bom Bali 1.

Di satu ruangan di Polda Metro Jaya, Jakarta, tempat Ali Imron menjalani hukuman seumur hidup, Garil yang didampingi ibunya, langsung menyampaikan cerita dan pertanyaannya.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI