Suara.com - Gubernur Jakarta, Anies Baswedan menyatakan bahwa keputusan pembatasan transportasi di Jakarta adalah bentuk pesan kejut yang menuai pro dan kontra. Hal itu dinyatakan oleh Anies saat memimpin rapat teknis percepatan penanganan Covid-19 pada Senin (16/3/2020) yang diunggah melalui channel Youtube Pemprov DKI Jakarta.
"Jangan kerja normal, ini situasi tidak normal, ini serangan tidak normal harus bekerja dengan cara yang tidak normal juga," ujar Anies Baswedan.
Kerja tidak normal yang ia sebut itu dicontohkan dengan pembatasan transportasi umum di Jakarta pada Senin (16/3/2020).
"Tadi kendaraan umum dibatasi secara ekstrem, apa sih tujuannya? Tujuannya ya mengirimkan pesan kejut kepada seluruh penduduk Jakarta, bahwa kita berhadapan dengan kondisi ekstrem," kata Anies Baswedan.
Menurut Anies, dengan adanya pesan kejut itu akan membuat orang lebih sadar bahwa virus corona berada di depan mata.
"Jadi ketika orang antre panjang, baru sadar Covid-19 itu bukan fenomena yang jauh cuma lihat di WA sana, ini ada di depan mata kita," tambahnya.
Keputusan Anies dalam mengirim pesan kejut lewat pembatasan transportasi ini tentu menghadirkan pro dan kontra.
Musisi Joshua Matulessy, menganggap bahwa keputusan Anies adalah ide yang jenius."Gue tetep berpikir ide ini jenius," komentar Joshua melalui akun twitternya pada Selasa (17/3/2020).
Berbeda dengan Joshua, komikus sekaligus produser Ernest Prakasa malah menyayangkan keputusan Anies tersebut melalui akun twitternya pada Senin (16/3/2020).
Baca Juga: Pulang dari Bali, 38 Anggota DPRD Kota Padang Masuk Daftar ODP Corona
Ia menyatakan, "Keputusan Anies untuk membatasi transportasi umum, seperti yang sudah diprediksi, menyebabkan ledakan antrean di mana-mana. Kontak dekat. Ini kebijakan yang malah bisa memudahkan penularan COVID-19."
Seorang warganet juga menambahkan, bahwa "Satu sisi, pesan kejut Pemprov memang gila. Tapi, lihat akhir pekan lalu warga berbondong wisata ke Anyer, Puncak, enggak nurut imbauan buat #dirumahaja juga enggak kalah gila."
"Keadaan gila butuh penanganan yang enggak kalah gila. Unacceptable yet understandable," imbuhnya.
"Memang terlalu ekstrem tapi efeknya bukan main besoknya langsung sepi, risikonya harus tahan omongan warganet" komentar warganet lain.