William tidak tahu apa-apa soal perjalanan itu sampai ia baca surat kabar yang memberitakan temannya itu meninggal karena Covid-19.
India
Dini hari tanggal 3 Desember 1984, sebuah katup pecah dalam tanki penyimpanan bahan kimia di kota Bopal, India.
Segera sesudahnya gas maut keluar dari pabrik mencemari lingkungan sekitar. Kebocoran ini merupakan salah satu bencana paling mematikan dalam sejarah modern. Ribuan orang mati dan puluhan ribu harus dirawat.
Di antara yang harus dirawat adalah Imran Khan, yang masih kanak-kanak ketika bencana terjadi. Dua tahun lalu ia mengalami kanker mulut, yang diyakini hasil dari kebocoran pabrik itu. Ia harus berhenti bekerja.
Ia menyintas dari kanker awalnya, tetapi kemudian kembali lagi. Ia harus menjalani kemoterapi.
Kondisinya menurun terus beberapa minggu terakhir dan meninggal tanggal 12 April. Ia dites dan belakangan diketahui positif virus corona.
Sekelompok penyintas kebocoran gas Bopal menuduh pemerintah setempat mengkhianati mereka dan orang-orang seperti Imran.
Kata mereka lima orang penyintas kebocoran gas meninggal dalam beberapa hari saja karena virus corona.
Baca Juga: China Ejek Penanganan Covid-19 Amerika Serikat Lewat Animasi di Youtube
Sebuah rumah sakit korban gas, diubah menjadi fasilitas untuk pasien virus corona. Kelompok Aksi dan Informasi Bopal mengatakan korban gas diabaikan, padahal mereka rentan terhadap virus ini karena kondisi kesehatan mereka.
Kakak tertua Imran, Rashid Khan, kini merawat istri dan anak Imran.
"Kesejahteraan keluarganya kini ada di pundak saya," katanya kepada BBC Hindi.
Laporan tambahan oleh Alessandra Maggiorani dan Shuriah Niazi