"Cuma mau bagaimana lagi, kita harus menerima kondisi ini dengan ikhlas dan tabah agar tidak sedih. Apalagi sampai depresi," imbuh Dewi.
Menurut dia, pandemi COVID-19 memiliki hikmah tersendiri yakni dijadikan kesempatan untuk belajar dan lebih mencintai diri sendiri dan tidak menggantungkan kebahagiaan kepada keluarga, teman, maupun orang lain. Kebahagiaan tersebut, hendaknya diciptakan oleh diri sendiri.
"Lebaran tahun ini memang beda. Tidak hanya kita diminta untuk menjaga jarak fisik maupun tetap di rumah, tapi juga dibayang-bayangi PHK di tempat kerja. Hal itu membuat karyawan tidak tenang dalam bekerja," terang Dewi.
Dewi mengatakan perusahaan tempatnya mengabdi pun mulai goyang dan terpaksa memberhentikan sejumlah karyawan. Perusahaan otomotif besar dunia, kata dia, seperti Roll Royce pun akan memangkas 9.000 karyawan di Inggris dan total memangkas 52.000 pegawainya secara global. Apalagi perusahaan nasional tempatnya bekerja yang menggantungkan pendapatan dari biaya iklan.
"Makanya sekarang saya semakin rajin bekerja. Harus bersyukur masih bisa bekerja dan makan pada era pandemi ini," ucapnya.
Data Kementerian Ketenagakerjaan menyebutkan hingga 4 Mei 2020, sebanyak 1.722.956 warga kehilangan pekerjaan yang terdiri dari 1.032.960 buruh yang dirumahkan, 375.165 buruh yang di PHK dan 314.833 warga di sektor informal yang pekerjaannya tersendat karena pandemi.
Wakil Ketua Umum Kadin, Suryani SF Motik, memperkirakan pengangguran akibat pandemi COVID-19 semakin bertambah yang diakibatkan terganggunya aktivitas perekonomian di Tanah Air.
Tingkat pengangguran tertinggi berasal dari industri tekstil. Kemudian penyumbang angka pengangguran baru juga berasal dari sektor pariwisata, restoran, hotel maupun Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). (Antara)
Baca Juga: Meski Kinerja Tergerus, PT KAI Pastikan Tidak PHK Pegawainya