Aktivis pro-Papua sekaligus pengacara hak asasi manusia pro-Papua, Veronica Koman menilai gerakan global anti-rasisme telah menghasilkan momentum baru di Indonesia.
Menurutnya hal ini terlihat dari tagar #PapuanLivesMatter yang sempat menjadi tren di Twitter selama berhari-hari dan digunakan bersama #BlackLivesMatter.
"Seperti di tempat lain, gerakan global juga telah diadaptasi menjadi Papua Lives Matter [di Indonesia]," kata Veronica yang kini tinggal di Australia kepada ABC.
Namun, selain mengapresiasi antusiasme orang Indonesia yang terpicu oleh gerakan 'Black Lives Matter' untuk kembali mengingat masalah di Papua, ia juga mengingatkan fakta yang ironis.
"Jika Anda membandingkan dakwaan, para pelaku rasisme yang terlibat dalam insiden [Hari Kemerdekaan] menerima hukuman hingga 10 bulan dan sekarang dibebaskan.
"Ironisnya adalah ketika dunia menghadapi anti-rasisme, di Indonesia korban rasisme menghadapi hukuman penjara yang panjang."
Teuku Faizasyah, juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, mengatakan kepada ABC "rasisme tidak memiliki tempat di Indonesia" dan membantah semua tuduhan sikap rasis sistemik terhadap orang Papua.
"Insiden penganiayaan orang Indonesia asli Papua adalah peristiwa yang terpisah dan tidak mencerminkan kebijakan Pemerintah," katanya.
"Untuk menyamakan insiden-insiden yang terisolasi itu dengan gerakan global untuk kesetaraan tidak tepat sasaran. Selain itu, para pendukung kampanye Papua adalah mereka yang bertujuan untuk memisahkan provinsi Papua dari Indonesia."
Baca Juga: Besok Sidang Vonis, Kuasa Hukum Berharap Tujuh Tapol Papua Divonis Bebas
Salah satu dari aksi unjuk rasa meminta tahanan politik Papua dibebaskan yang digelar di Yogyakarta, 15 Juni 2020.
Semangat gerakan 'Black Lives Matter' di Indonesia diketahui diadaptasi menjadi beberapa gerakan solidaritas dan advokasi yang berakar pada isu rasisme untuk masalah di Papua, meski tidak melulu soal kemerdekaan Papua.
Senin (15/06) sejumlah aksi protes digelar di beberapa kota di Indonesia, seperti Balikpapan, Jakarta, Yogyakarta, Bogor dan Malang sebagai solidaritas mendesak pembebasan tahanan politik Papua.
Sebelumnya, Lembaga Pers Mahasiswa Teknokra Universitas Lampung, misalnya, menggelar diskusi dengan judul Diskriminasi Rasial terhadap Papua.
Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) juga menggelar diskusi yang membedah rasisme hukum di Papua.
Menjadi 'sahabat pengadilan' bagi Tapol Papua