"Artinya opini publik ini dipermainkan oleh kekuasaan seolah-olah metodologis statistik tapi kita tahu di belakang itu udah diguyur dulu. Jadi sembako udah jalan dulu baru ditannya puas enggak?" kritik Rocky.
Rocky kemudian kembali mengungkit istilah hermeneutics yang tadi disebut. Ia mengartikan secara filosofis makna kata tersebut dan hubungannya dengan peristiwa yang terjadi di Kejaksaan Agung.
"Hermeneutics datang dari kata Hermes. Hermes itu dewi (Yunani) yang dapat tugas untuk menafsirkan perintah langit kepada manusia, dan sebaliknya keinginan manusia pada Tuhan. Namanya Hermes bacanya ermes dan sekarang jadi tas merek mahal, Hermes," jelas filsuf 61 tahun tersebut.
Ia lantas mengaitkan Hermes dengan tas mahal jaksa Pinangki, jaksa yang terlibat kasus penerimaan suap terkait tindak pidana korupsi Djoko Tjandra.
"Hermes itu sekarang ada di gedung Kejaksaan enggak? Ada, bukan sebagai dewi tapi sebagai tas jaksa Pinangki. Saya duganya begitu," sebut Rocky.