Pada kesempatan siang hari ini kami akan menyampaikan beberapa butir rencana pelaksanaan PSBB di Provinsi DKI Jakarta. Bersama kami bapak Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria. Juga bapak Pangdam Jaya, Mayjend TNI Dudung Abdurahman, Bapak Kapolda Metrojaya Irjen Polisi Nana Sujana, Kepala Kejaksaan Tinggi Jakarta Bapak Asri Agung Putra. Juga juru bicara Satgas COVID-19 Prof. dr Wiku Bakti Bawono Adisasmito.
Kami menyadari bahwa pada saat ini seluruh masyarakat kita semua masih menghadapi tantangan yang tidak kecil terkait COVID-19 ini. Dan kami di DKI Jakarta terus memastikan bahwa semua langkah yang kita lakukan adalah untuk memastikan keselamatan warga Jakarta, warga Indonesia dan semua yang berkegiatan di kota ini. Prinsip transparansi, prinsip keterbukaan, prinsip apa adanya di dalam menyampaikan fakta-fakta dari awal selalu pegang dan kita ingin agar seluruh masyarakat mengerti persis situasi dan tantangan yang dihadapi di kotanya. Dengan begitu kita memiliki kesamaan pemahaman, agar bisa melangkah ke depan bersamaan dengan baik.
Beberapa hari yang lalu, PSBB transisi berakhir. Kita memerlukan waktu ekstra untuk merumuskan kebijakan-kebijakan atau detail kebijakan untuk PSBB mulai tanggal 14. Karena ada kondisi wabah yang agak berbeda dengan situasi sebelumnya. Kita menyadari bahwa wabah COVID-19 ini dinamis. Ada masa dimana jumlah kasus aktif menurun, ada masa dimana kasus aktif meningkat. Dan ini menunjukkan bahwa kita kompak mengerjakan sisi pemerintah, tracing, testing, isolasi, treatment. Sisi masyarakat, menggunakan masker, mencuci tangan rutin, menjaga jarak. Kekompakkan ini diperlukan sekali.
Izinkan saya dalam kesempatan ini menyampaikan bahwa di bulan September memang terjadi peningkatan kasus yang signifikan. Pada tanggal 30 Agustus, akhir Agustus kasus aktif di Jakarta 7.960, pada saati itu kita menyaksikan bulan Agustus kasus aktif ini menurun. Tapi memasuki bulan September sampai tanggal 11 September kemarin, 12 hari pertama bertambah sebesar 3.864 kasus atau sekitar persen dibandingkan akhir agustus. Dan bila kita rentangnya sejak 3 Maret pada saat pertama kali ada kasus positif diumumkan sampai dengan 11 September ini lebih dari 190 hari, dari 190 hari lebih itu, 12 hari terakhir kemarin meyumbangkan 25 persen kasus positif walaupun yang sembuh juga kontibusinya 23 persen, yang meninggal dalam 12 hari terakhir itu 14 persen. Jadi lebih dari 190, ada lonjakan yang sangat signifikan
Itulah kenapa, kita merasa perlu untuk melakukan langkah ekstra bagi penanagan kasus Covid di Jakarta. Karena sejak tanggal 4 Juni kita sudah mulai melakukan transisi di mana kegiatan-kegiatan yang semula tidak diizinkan sudah mulai dibuka dan sudah mulai aktivitas sosial, ekonomi, budaya, bergerak.
Tetapi, menyaksikan kejadian selama 12 hari terakhir ini kami merasa perlu untuk melakukan pengetatan, agar pergerakan pertambahan kasus di Jakarta bisa terkendali. Karena bila ini tidak terkendali, dampak ekonomi, sosial, budaya akan menjadi sangat besar. Ini sebabnya, kita melakukan formulasi yang berbeda dibandingkan dengan masa transisi kemarin. Formulasi berbeda ini lah yang menyebabkan kita harus melakukan waktu ekstra dan pada siang hari ini alhamdulillah bisa kita bisa sampaikan bersama-sama.
Pelu kami garisbawahi di sini, bahwa kami di Jakarta, kegiatan testing dilakukan secara masif. Karena kebijakan kita adalah mendeteksi kasus-kasus positif Covid seawal mungkin. Dengan demikian, maka mereka yang terpapar bisa melakukan isolasi agar tidak menularkan pada yang lain. Di sisi lain, bila yang terpapar memiliki komorbit atau lanjut usia, komorbid itu penyakit bawaan yang berisiko, maka bisa melakukan isolasi di fasilitas-fasiltas kesehatan kita.
Di seluruh Indonesia sudah dilakukan tes PCR sebanyak 1,049 juta dan Jakarta melakukan 732 ribu lebih dari seluruh jumlah tes di Indonesia. Masifnya tes yang dilakukan ini dalam rangka menyelamatkan nyawa warga Jakarta. Beberapa hari terakhir, kita menyaksikan angka kematian yang meningkat, walau tingkat kematiannya menurun. Tingkat kematian itu angka statistiknya, persentase yang meninggal, jumlah orang yang meninggal dibagi jumlah kasus memang menurun. Tapi nominalnya, jumlah orang yang meninggal mengalami peningkatan yang cukup tinggi.
Itu sebabnya, dengan dilakukan masif testing kita berharap bisa nantinya kita menyelamatkan lebih banyak nyawa di Jakarta, karena itulah tugas utama kita.
Baca Juga: Sindir Anies Depan Cakada, Hasto: Rem Gak Bisa Mendadak, Lihat Kanan Kiri
Jadi kalau dihitung dengan standar yang diharuskan di WHO, di Jakarta ini sudah dilakukan pengetesan lebih dari 4 kali lipat standar WHO dan kita akan terus tingkatkan testing. Bahkan ke depan, dua pekan ini khusus tracing akan dilakukan peningkatan secara sangat signifikan, nanti kami akan jelaskan.