"Besok saya kembali diminta menyampaikan visi tentang bagaimana Prakarsa Agama-agama Ibrahimiyah dapat menjadi salah satu komponen strategis dalam upaya membangun konsensus global itu," katanya.
Di samping merupakan salah satu elemen kunci yang dibutuhkan dalam konsesus, Gus Yahya menjelaskan bahwa prinsip kemerdekaan beragama dan berkepercayaan harus pula dibingkai dengan pemahaman yang jernih, konkret dan definitif tentang nilai-nilai apa saja yang bisa direngkuh bersama sebagai konsensus, serta perbedaan-perbedaan apa yang harus diterima secara toleran.
"Pada satu titik, prakarsa agama-agama Ibrahimiyah bisa dan harus diperluas dengan menjangkau agama-agama dan kepercayaan-kepercayaan di luar tradisi Ibrahimiyah. Secara keseluruhan, ini akan menjadi bingkai strategis untuk memperjuangkan perdamaian dunia melalui pendekatan keagamaan," kata dia.
Dalam forum Sidang Majelis Umum PBB nanti, dia akan berbagi panel dengan sejumlah pembicara lain, yaitu Duta Besar Keliling Amerika Serikat Untuk Kemerdekaan Beragama Internasional Samuel D. Brownback, Menteri Luar Negeri Republik Estonia Urmas Reinsalu, Utusan Khusus Kerajaan Belanda untuk Agama dan Kepercayaan sekaligus Wakil Ketua IRFBA (International Religious Freedom or Belief Alliance) Jos Douma, Wakil Ketua Adyan Foundation for Diversity, Solidarity and Human Dignity Nadya Tabbara, dan Duta Besar Republik Polandia untuk PBB Joanna Wronecka.