Untuk diketahui, Pendeta Yeremia Zanambani dibunuh pada Sabtu, (19/9/2020) lalu. Haris Azhar menuturkan, pembunuhan pendeta ini bermula dari adanya penembakan kepada pasukan TNI di Sugapa Lama dua hari sebelumnya, sekira pukul 12.00 WIT.
Tragedi penembakan itu menyebabkan satu orang anggota TNI meninggal dunia dan satu laras panjang milik TNI diambil anggota separatis bersenjata.
Buntut dari peristiwa ini membuat masyarakat Hitadipa dipanggil satu demi satu, meski tidak seluruhnya. Mereka dihimbau agar senjata TNI dikembalikan segera. Mereka juga meminta agar Pendeta mengumumkan pemberitaan tersebut ke daerah sekitar lainnya.
Haris menyebutkan, ada ancaman di balik permintaan TNI itu, seperti pengeboman dan operasi penumpasan warga. Singkat cerita, TNI pada hari yang sama kembali mengumpulkan masyarakat di depan Gereja Imanuel 1.
Sejam selepas pengumpulan dilakukan, terjadi penembakan dari arah Utara oleh gerombolan separatis bersenjata ke arah Markas Koramil Persiapan Hitadipa, tepatnya di Gedung SD YPPGI. Kejadian itu membuat satu personil BKO Aptekel Koramil Persiapan Hitadipa tewas.
TNI kemudian membalas dengan melakukan penembakan ke bagian kampung Hitadipa daerah Muara Sungai Hiyabu dan Sungai Dogabu pada 13.55 WIT selama kurang lebih 30 menit.
Almarhum Meriam Zoani atau Zanambani lalu menemui rombongan TNI di ujung lapangan terbang Hitadipada sekira pukul 14.55 WIT. Setelah didesak, wanita yang kerap disapa Mama tersebut membenarkan Pendeta Yeremia ada di kandang babi.
Sore harinya, angota TNI datang ke Kampung Taunduga. Mereka membakar bangunan kesehatan serta rumah dinas dengan klaim kalau anggota separatis bersenjata ada di tempat itu. Satu anggota TNI tewas, banyak warga terdampak.
Setelah itu, empat oknum anggota TNI mendatangi kandang babi tempat Pendeta Yerima berada, pada Sabtu (19/9/2020). Dua berjaga di Jalan Induk Kabupaten Intan Jaya, sementara dua lagi menuju kandang babi, termasuk Alpius.
Baca Juga: Warga Hitadipa Trauma, Jokowi Diminta Perintah Panglima TNI Tarik Pasukan
Keduanya membunuh Pendeta Yeremia. Dua tembakan mengarahnya, satu ke tangan kiri, satu lagi ke arah dinding. Pendeta jatuh lalu diduga ditusuk dengan pisau tajam di bagian belakang.