Suara.com - Tangan dingin Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mampu berubah citra pendidikan di Kota Surabaya, Jawa Timur. Berbagai terobosan dan inovasinya dalam bidang pendidikan sudah bisa dirasakan oleh anak-anak Surabaya.
Selama 10 tahun memimpin Surabaya, Risma selalu konsisten menyediakan aksesibilitas pendidikan yang mudah dan murah, termasuk mengembangkan pendidikan gratis hingga pemerataan mutu pendidikan.
Kini pendidikan di Kota Pahlawan bukan lagi soal biaya yang sering kali membebani para orang tua, tapi bergeser pada anak-anaknya mau bersekolah atau tidak, mau menempuh pendidikan atau tidak. Sebab terkait biaya, sudah banyak difasilitasi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui program pendidikan gratis.
Bahkan, di masa Risma, pendidikan gratis itu terus dikembangkan.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Supomo memastikan, sejak awal kepemimpinan Risma, ia sudah berkomitmen untuk meneruskan dan mengembangkan pendidikan gratis. Dulu, pendidikan gratis itu mulai jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Setelah SMA/SMK pindah kewenangannya ke pemerintah provinsi, akhirnya kini pendidikan gratis yang dikelola Pemkot hanya SD dan SMP.
“Makanya dalam rangka peningkatan akses pendidikan ini, Pemkot Surabaya di masa Bu Risma selalu mengalokasikan anggaran dalam APBD di atas 20 persen, ini komitmen alokasi anggaran kami,” kata Supomo, di ruang kerjanya, Senin (23/11/2020).

Di samping pendidikan gratis, di masa Risma juga terus memperbanyak beasiswa bagi warga kurang mampu dan terdaftar sebagai Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Surabaya. Sejak 2010-2020, sebanyak 3.732 anak sudah mendapatkan beasiswa ini, baik untuk kuliah di perguruan tinggi maupun berbagai pelatihan khusus, seperti sekolah pilot, Diklat Aircraf Strukture-ATKP dan berbagai diklat lainnya.
Pada tahun 2010-2017, total 791 anak yang mendapatkan beasiswa, dan pada saat itu kewenangannya masih ada di Dinas Sosial. Kemudian pada tahun 2018-2020, kewenangannya dipindah ke Dinas Pendidikan dan sudah memberikan 2.508 beasiswa bagi mahasiswa yang kuliah di berbagai perguruan tinggi.
Baca Juga: Risma Punguti Sampah Saat Aksi Tolak Omnibus Law, Netizen: Pencitraan!
"Kemudian bu wali juga memberikan beasiswa bagi penghafal Al-Qur’an, pada tahun 2018 memberikan beasiswa kepada 34 anak dan 2019 diberikan kepada 399 anak yang hafal Qur’an. Total mulai tahun 2010-2020, sebanyak 3.732 anak yang sudah menerima beasiswa dari pemkot,” tegas mantan Kepala Dinas Sosial ini.
Selain itu, sejak awal kepemimpinannya, Risma juga fokus mendorong pemerataan mutu pendidikan di semua wilayah Surabaya, hingga lahirlah waktu itu sekolah kawasan. Saat nasional ramai menerapkan zonasi, di Surabaya sudah menerapkan sekolah kawasan sejak beberapa tahun silam.
Konsep zonasi dan sekolah kawasan ini sebenarnya tidak jauh berbeda, karena memang pemerintah pusat banyak mengadopsi dari sekolah kawasan yang ada di Surabaya.
Nah, untuk mendukung konsep sekolah kawasan dan mendorong pemerataan mutu pendidikan, sejak awal Risma banyak melakukan pembangunan sekolah, baik pembangunan sekolah baru maupun rehabilitasi gedung sekolah. Mulai tahun 2010-2020, Pemkot sudah membangun 4 SD baru dan 20 SMP baru. Rehabilitasi gedung sekolah selama 10 tahun terakhir ini sebanyak 1.679 gedung, baik SD maupun SMP.

“Ini visioner sekali. Pembangunan sekolah baru supaya lebih dekat dengan warga, sehingga tidak ada biaya transportasi dan mengurangi beban lalu lintas. Sedangkan sekolah yang direhabilitasi hingga menjadi sekolah bertingkat, juga sangat visioner, supaya anak-anak lebih kuat fisiknya dan mempunyai ruang publik yang luas sehingga mereka bisa berekspresi. Makanya jangan heran kalau baru masuk Surabaya sudah menemui sekolah bagus dan bertingkat. Bahkan sekarang sudah tidak ada lagi sekolah pinggiran dan tengah kota, semuanya sama-sama berkembang,” ujarnya.
Terobosan yang visioner lainnya adalah merger sekolah dalam rangka efisiensi. Selama 10 tahun terakhir ini, sebanyak 372 sekolah yang di-merger. Ini menjadi langkah solutif untuk efisiensi, sehingga kebutuhan anggarannya bisa lebih hemat dan kebutuhan gurunya juga bisa tercukupi.