"Nah di BAP saudara saksi iinfokan atas informasi sales saudara Yeni?"
"Kebetulan waktu itu saya lupa Pak," jawab dia.
Niki mengatakan, 'menang kasus' dijadikan alasan agar proses persetujuan membeli mobil menjadi cepat. Dengan demikian, dia berasumsi agar proses pembelian segera rampung.
"Tapi memang berikan info kenapa harus cash, karena saat itu saya untuk segera percepat approval, saya hanya asumsi saya. Asumsi saya aja pak. Karena customer (Pinangki) jaksa," jelas Niki.
Berangkat dari keterangan tersebut majelis hakim melayangkan pertanyaan pada Niki mengenai asumsi yang dimaksud. Menurut hakim, Niki tidak boleh memberikan keterangan dengan berpijak pada asumsi, baik saat proses penyidikan maupun persidangan.
Hakim Sunarso menyebut, dengan memberikan keterangan itu Niki bisa dipersalahkan oleh pihak kejaksaan.
"Kalau advokat menang perkara mungkin dapat fee dari kliennya, tapi kalau jaksa saudara bisa perkirakan menang kasus dapat uang, saudara itu kesasar namanya itu asumsi saudara itu, ngerti tidak? Bisa dikomplain institusi kejaksaan, dan jaksa itu penegak hukum tidak ada menang-kalah," tegas Sunarso.
Dengan demikian, hakim meminta agar Niki tidak berasumsi -- terlebih dengan lembaga negara. Hakim anggota Agus Salim turut mencecar Niki terkait hal serupa. Pasalnya, Niki telah menandatangani BAP saat penyidikan berlangsung.
"Iya kenapa saudara BAP-nya ditekan? Bilang asumsi harusnya, bukan saudara tekan, asumsi mengatakan asal usul terdakwa menang kasus, ini tanda tanya besar. Nanti majelis akan pertimbangkan sendiri keterangan saudara," papar Agus Salim.
Baca Juga: Nginap di Trumph Tower, Adik Sebut Pinangki 3 Kali ke AS Kontrol Payudara
Sejurus dengan hal tersebut, Niki mencabut pernyataan menang kasus terkait pembelian mobil BMW itu dari BAP. Dia menegaskan jika cuma mendapat informasi dari saksi Yeni.