- Menteri Dikdasmen Abdul Muti mengumumkan total 4.149 sekolah terdampak banjir di Aceh, Sumbar, dan Sumut.
- Sebanyak 85 persen sekolah terdampak banjir telah beroperasi kembali, meski 54 sekolah masih rusak berat.
- Sebanyak 587 sekolah masih dalam proses pembersihan pascabanjir karena tingkat kerusakan yang signifikan.
Suara.com - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Abdul Muti mengungkapkan data terbaru terkait dampak banjir terhadap sekolah-sekolah di berbagai provinsi di Sumatra.
Muti menyebutkan, secara keseluruhan terdapat ribuan sekolah yang terdampak bencana banjir di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.
“Jumlah sekolah yang terdampak secara keseluruhan ada 4.149. Yang di Aceh ada 2.756, kemudian Sumatera Barat 443 dan Sumatera Utara 950,” kata Muti dalam konferensi pers bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta, Selasa (30/12/2025).
Meski demikian, ia menyampaikan bahwa sebagian besar sekolah terdampak saat ini sudah kembali beroperasi.
“Sekolah yang sudah bisa beroperasi untuk di Aceh ada 2.226 atau 81 persen, kemudian di Sumatera Barat 380 atau 86 persen, dan di Sumatera Utara 902 atau 95 persen. Jadi total keseluruhan sekolah yang sudah bisa beroperasi 85 persen,” ujarnya.
Namun, Muti mengakui masih ada puluhan sekolah yang belum dapat digunakan karena mengalami kerusakan berat hingga rusak total.
“Masih ada 54 yang memang belum bisa kita gunakan karena kerusakan yang sangat serius bahkan sebagian sekolah memang sudah rusak total sehingga mereka harus belajar di tenda dan sudah kita siapkan 54 tenda, 14 di Aceh, 21 di Sumatera Barat dan 19 di Sumatera Utara,” jelasnya.
Selain itu, ratusan sekolah lainnya masih dalam tahap pembersihan pascabanjir. Berdasarkan data Kementerian Dikdasmen, sekolah yang masih dalam proses pembersihan sebanyak 516 di Aceh, 42 di Sumatera Barat, dan 29 di Sumatera Utara.
"Total yang masih proses pembersihan ada 587,” kata Muti.
Baca Juga: Tradisi Meugang Terancam Jelang Ramadan, Gubernur Aceh Minta Suplai Sapi ke Tito dan Purbaya
Ia menegaskan bahwa proses pembersihan terus dilakukan meski membutuhkan waktu lebih lama karena tingkat kerusakan yang cukup parah.
“Yang proses pembersihan kami sampaikan terus kami lakukan karena memang tingkat kerusakan dan juga dampak dari banjir itu sangat berat sehingga karena itu prosesnya membutuhkan waktu yang lebih lama dari sekolah-sekolah yang lainnya,” pungkasnya.