Saat Pandemi Covid-19, UGM Berinovasi di Bidang Riset Kesehatan

Kamis, 17 Desember 2020 | 13:24 WIB
Saat Pandemi Covid-19, UGM Berinovasi di Bidang Riset Kesehatan
Pengabdian UGM di Masa Pandemi Covid-19. (Dok : UGM).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Pengabdian UGM di Masa Pandemi Covid-19. (Dok : UGM).
Pengabdian UGM di Masa Pandemi Covid-19. (Dok : UGM).

Selain melakukan gerakan kemanusiaan membantu masyarakat, UGM tak lupa menunjukkan kepedulian terhadap mahasiswa yang terdampak pandemi Covid-19. Bantuan logistik diberikan pada mahasiswa yang tidak mampu dan mahasiswa yang mengalami kesulitan mengakses logistik.

Program-program kemanusiaan juga dijalankan oleh fakultas-fakultas di UGM dalam upaya meringankan beban mahasiswa dan sivitas UGM yang mengalami kesulitan akibat pandemi Covid-19. Bantuan tak hanya diwujudkan dalam  bentuk  logistik, tetapi juga dukungan fasilitas untuk kelancaran perkuliahan secara daring.

Memimpin Dalam Inovasi Tentang Covid-19

Selama pandemi 2020 ini, beberapa inovasi yang dihasilkan telah memasuki tahap komersial, antara lain, penambahan Vitamin D pada produk kosmetika yang sudah diluncurkan secara komersial sebagai produk pelembab kulit yang bisa diaplikasikan setiap hari; suplemen Kesehatan Vitamin D larut air cocok untuk segala usia sudah diproduksi dan dipasarkan untuk masyarakat serta OST-D: Suplemen Kesehatan Vitamin D dapat diteteskan ke semua makanan dan minuman.

Selain produk kesehatan di atas, produk inovasi untuk deteksi cepat Covid-19 berupa hidung elektronik atau electronic nose “GeNose“ berbasis kecerdasan buatan telah selesai tahap akhir dan siap untuk diproduksi secara massal.

GeNose adalah sistem sensor buatan yang mampu mendeteksi seseorang terpapar virus Covid-19 melalui embusan napas.

Selain itu, Ventitalor Venindo V-01 versi high-end untuk ICU telah lolos uji kalibrasi yang dilakukan oleh tim BPFK (Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan), Kementerian Kesehatan. Selanjutnya, Venindo V-01 memasuki tahap uji klinis mengikuti jejak Venindo R-03 yang lebih dahulu mengikuti uji klinis di RSUP Dr. Sardjito.

Para peneliti UGM juga bersatu untuk mengembangkan “Vaksin Merah Putih” sebagaimana dimandatkan oleh Kemenristek/BRIN.

Hal yang menarik dari UGM adalah bahwa dalam konsorsium tersebut, UGM tidak hanya sedang mengembangkan kandidat vaksin untuk SARS-Cov 2, tetapi sekaligus mengembangkan karbonat apatit sebagai ajuvan vaksin. Sampai saat ini, hanya alum yang mendapat persetujuan dunia sebagai ajuvan vaksin.

Baca Juga: Sinergi 5K, Menteri-Menteri Jokowi Nitilaku Virtual di UGM

Dalam praktiknya, alum sering menimbulkan permasalahan, seperti terjadi pembengkakan pascavaksinasi. UGM menawarkan ajuvan baru yang memungkinkan penghantaran vaksin sampai ke target dapat dilakukan secara efektif, sekaligus membuka peluang “needle free vaccination” untuk masyarakat luas.

UGM akan melewati pandemi Covid-19 dengan memasuki era universitas global yang lebih terbuka, sekaligus sebagai institusi terpandang, mata air pengetahuan, teknologi, dan peradaban. Terbuka peluang inovasi dalam platform, delivery, dan terutama content ilmu dan teknologi berbasis riset bagi komunitas mahasiswa, dosen, dan scholar di mana pun di dunia.

Di ranah pengabdian masyarakat, UGM akan terus menjadi sumber ide dan model solusi untuk persoalan-persoalan kemanusiaan dan kesejahteraan masyarakat yang saling bergotong-royong dan memberikan kontribusi sesuai kekhasan budaya masing-masing.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI