Suara.com - Beberapa negara Eropa, Australia, dan Afrika Selatan telah mendeteksi varian COVID-19 baru yang menyebar lebih cepat seperti yang ada di Inggris. Namun, para ahli memperingatkan tidak perlu panik.
Strain baru COVID-19 yang melanda Inggris selatan membuat negara itu menerapkan pengetatan aturan pembatasan ketat.
Sementara, negara-negara Eropa melarang penerbangan dari Inggris. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memperingatkan bahwa varian baru virus itu 70% menular lebih cepat.
Johnson menambahkan bahwa strain baru COVID-19 dikhawatirkan menjadi penyebab lonjakan infeksi kasus COVID-19 di London dan Inggris selatan.
Namun, Inggris menekankan bahwa otoritas kesehatan tidak menemukan bukti bahwa mutasi virus ini lebih mematikan, menyebabkan penyakit lebih parah atau bahkan vaksin kurang efektif melawannya.
Peter Kremsner, direktur Rumah Sakit Universitas Tübingen, mengatakan kepada DW bahwa dia tidak melihat alasan untuk membatasi perjalanan dari dan ke Inggris.
"Menutup perbatasan bukanlah ide yang baik, terutama di Uni Eropa," kata Kremsner pada Senin (21/12).
"Kita harus bekerja sama sesama negara anggota dan bersama-sama untuk memerangi pandemi ini. Kita hanya bisa berhasil memerangi penyakit yang menghancurkan ini bila dilakukan secara bersama-sama,'' tambahnya.
Negara-negara Eropa mengonfirmasi kasus serupa Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (European Center for Disease Prevention and Control) mengatakan pada Senin (21/12) bahwa diperlukan ‘‘upaya tepat waktu‘‘ untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran varian COVID-19 baru.
Baca Juga: Inggris Temukukan Varian Baru Corona, Lebih Rentan Menginfeksi Anak-anak
ECDC mengatakan beberapa kasus dengan varian baru COVID-19 sudah terdeteksi di Islandia, Denmark, dan Belanda.
ECDC juga mengutip laporan media yang mengonfirmasi kasus serupa di Belgia dan Italia.
Dr. John Campbell, seorang analis kesehatan independen yang berbasis di Inggris, mengatakan kepada DW bahwa meskipun berita tentang strain tersebut baru muncul pada akhir pekan, penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada "akhir September" di daerah Kent di Inggris.
“Karena sudah ada sejak September, ada potensi juga bahwa virus ini sudah ada di negara-negara Eropa,” kata Campbell.
"Tampaknya lebih menular, karena daerah yang infeksinya meningkat paling dramatis juga merupakan daerah di mana insiden mutasi tertinggi telah ditemukan."
Australia deteksi strain yang sama, Afrika Selatan berbeda Otoritas Australia melaporkan telah mendeteksi varian baru COVID-19 setelah dua wisatawan dari Inggris yang terbang ke negara bagian New South Wales diketahui membawa varian mutasi virus corona.