Cerita dari Bawah Laut: Menyelami Samudera Demi Korban Sriwijaya Air

Reza Gunadha Suara.Com
Selasa, 12 Januari 2021 | 14:37 WIB
Cerita dari Bawah Laut: Menyelami Samudera Demi Korban Sriwijaya Air
Proses evakuasi jasad para korban Pesawat Sriwijaya Air182 yang jatuh kemarin [Foto: Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Temuan-temuan itu dikirim ke JICT untuk diperiksa lebih lanjut. Khusus untuk bagian jenazah korban pesawat nahas itu dibawa ke Rumah Sakit Polri Bhayangkara, Jakarta Timur untuk penanganan lebih detail.

Perluas pencarian korban

Korps Kepolisian Perairan dan Udara (Korpolairud) Badan Pemelihara Keamanan (Baharkam) Polri pada akhirnya memperluas areal pencarian korban pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang hilang kontak pada Sabtu (9/1).

"Areal ini kita perluas lagi. Kemarin petunjuk dari Bapak Kabarhakam bahwa areal ini diperluas," kata Dirpolair Korpolairud Baharkam Polri Brigjen Yassin Kosasih di atas Kapal Polisi Bisma 8001.

Perluasan areal pencarian tersebut mengingat sudah memasuki hari keempat pascakejadian. Selain itu, pertimbangan arus bawah laut yang deras serta angin kencang menjadi faktor pendorong perluasan areal pencarian.

Pada hari keempat pencarian, Korpolairud menerjunkan 30 penyelam serta tambahan beberapa penyelam dari Direktorat Polisi Air Polda Banten serta Polda Jawa Barat.

Untuk teknis pencarian dilakukan secara bergantian dimana gelombang pertama terdiri atas tiga tim dengan total 30 penyelam dengan kurun waktu satu jam penyelaman.

Terombang ambing di laut lepas

Perjalanan dari markas Korpolairud Baharkam Polri menuju lokasi kejadian membutuhkan waktu sekitar dua jam menggunakan kapal cepat. Namun, untuk kapal jenis tertentu waktu perjalanannya dapat dipangkas sekitar 1,5 jam.

Baca Juga: Benarkah Ini Rekaman Sriwijaya Air SJ182 Sebelum Jatuh? Cek Faktanya

Jika cuaca sedang bersahabat, goncangan ombak dan angin laut mungkin tidak begitu terasa. Namun, bila tidak, maka konsekuensi mabuk laut tak dapat pula dihindari sebagaimana yang penulis alami bersama sejumlah "kuli tinta" lainnya.

REKOMENDASI

TERKINI