Apakah ternyata ada bagian dari power system yang ikut bermain, walau Abu Janda tidak masuk dalam official-nya.
Namun jika tidak, Pigai hanya akan menganggap itu biasa saja, dan bagian dari konsekuensi perjuangan memimpin kaum kecil dan lemah.
Dalam pandangannya, Pigai menganggap jika kebebasan ekspresi tidak bisa dibatasi di ruang publik dengan kekuatan hukum. Maka itu, dia menegaskan tak mau memidanakan orang karena kasus demikian.
Dirinya beranggapan sebenarnya apa yang disampaikan Abu Janda adalah pertanyaan, bukan pernyataan.
Baginya, apa yang disampaikan Abu Janda bukanlah pemikirannya sendiri. Sebab pernyataan itu sebenarnya adalah pernyataan dari sebuah buku karangan Rusia soal evolusi.
Maka itu, Pigai kemudian bertanya-tanya, sebab tidak mungkin itu bisa keluar dari mulut Abu Janda yang dinilai hanya memiliki referensi terbatas. Sebab itu biasanya keluar dari orang yang punya kemampuan intelijen tinggi.
“Saya jujur ya, pernyataan itu sangat berbahaya. Tetapi saya tak pernah benci, justru dia bertanya. Kalau memang dia bertanya saya tinggal datang ke penelitian molekuler di RSCM, atau ke antropologi ragawi di UGM,” katanya.
Walau begitu, dia memahami jika substansi dari apa yang disampaikan Abu Janda ke Pigai adalah rasialisme. Tetapi yang pasti dia bersikeras tak akan melaporkannya ke penjara, walau sebenarnya dia tak suka dengan sikap Abu Janda.
“Saya mikir saja enggak (untuk memenjarakan). Saya memimpin, harga diri saya turun kalau saya melaporkan dia,” katanya.
Baca Juga: Berakhir Salaman, Begini Momen Abu Janda Senyum Bareng Natalius Pigai
Dikatakan Natalius Pigai, bukan kali ini saja kasus rasis yang terjadi di Tanah Air. Namun sejak lama kasus ini bergulir.
Pigai sendiri kerap mendapat perlakuan buruk. Ia menuturkan, jika diterjemahkan dalam angka, kasus rasisme sejak 2016 dikatakan sudah lebih dari jutaan kali.