"Bersama-sama kita mengatakan tidak untuk fundamentalisme. Tidak untuk sektarianisme dan tidak untuk korupsi," kata Uskup Agung Mosul dari Khaldea, Najeeb Michaeel, kepada Paus.
Dalam pesannya kepada kelompok ISIS, Paus mengatakan bahwa harapan tidak akan pernah bisa "dibungkam oleh darah yang tumpah oleh mereka yang menyesatkan nama Tuhan untuk mengejar jalan kehancuran."
Clemens Graf von Mirbach-Harff, sekretaris jenderal Malteser Internasional, yang menemani paus ke Irak, mengatakan kepada DW bahwa "setiap gerakan perdamaian disambut baik" di kota itu dalam beberapa tahun terakhir.
"Hanya kunjungan Paus ke wilayah ini merupakan sinyal yang sangat kuat," kata von Mirbach-Harff.
Dia juga menyebut pertemuan dengan pemimpin Syiah Ali al-Sistani sebagai "tindakan cinta kasih dan perdamaian yang luar biasa."
"Jika seorang pemimpin agama yang hebat seperti Paus dapat mengambil langkah ini, berjalan dengan rendah hati untuk bertemu dengan pemimpin Syiah, maka itu adalah simbol yang kuat bahwa dia menjalankan apa yang dia khotbahkan," katanya.
Paus menyerukan umat Kristiani untuk tinggal di Irak "Pesan yang paus bawa, terutama dari kunjungan ke daerah Irak utara ini, adalah solidaritas dengan komunitas Kristen yang sangat menderita di bawah Islamic State," kata jurnalis DW Owen Holdaway.
Paus mengatakan eksodus "tragis" penduduk Kristen dari Irak yang dilanda perang, "tidak hanya merugikan individu dan komunitas yang bersangkutan, tetapi juga bagi masyarakat yang mereka tinggalkan."
Serangan pasukan ISIS memaksa ratusan ribu orang Kristen di provinsi Nineveh Irak utara melarikan diri.
Baca Juga: Paus Fransiskus Lakukan Kunjungan Bersejarah ke Irak, Apa Saja Misinya?
Populasi Kristen di negara itu telah menyusut menjadi kurang dari 400.000 orang, dari sekitar 1,5 juta.