“Tapi kebanyakan kepengaruh. Itu banyak terjadi di lapangan. Ya sudah akhirnya mereka (debt collector dan nasabah genit) buat komitmen. Akhirnya tugas nagih nggak dilakukan karena mereka menjalin hubungan,” katanya.
“Kalau bicaranya sudah unsur kayak begitu. Kalau sudah teratarik ya secara psikologi beda lagi, nggak bisa profesional kerja. Itu sudah selesai, tutup buku sudah.”
Kantor tempat debt collector bekerja akan mengetahui jika terjadi kejadian-kejadian melenceng dari jalur dan tim penagihan akan digantikan oleh tim yang lain. “Tapi debt collector yang pertama back up biasanya.”
Pandangan negatif
Debro tak terusik oleh pandangan miring sebagian masyarakat terhadap keberadaan debt collector.
“Biasa saja, yang penting kita jalanin pekerjaan dengan betul saja. Apapun kita jalani dengan lurus.”
Kepada nasabah disarankan untuk memegang komitmen pembayaran supaya tidak didatangi juru tagih utang.
Debt collector akan datang berapa kali pun dan dengan berbagai strategi, sampai misi penagihan utang membuahkan hasil positif.
“Bisa lima kali atau enam kali, kita akan datangi terus sampai misi berhasil. Bahkan bisa ditongkrongin juga depan rumahnya, untuk nongkrongin ini kita biasanya tetap memberikan pemberitahuan ke lingkungan sekitar dulu sebelumnya supaya tidak terjadi kesalahpahaman dengan warga,” kata Debro.
Baca Juga: Kisah Penjaga Lahan Sengketa: Tak Cuma Modal Berani, Tapi Juga Kecerdikan