"Ini adalah perubahan yang menarik dalam politik Israel. Adanya partai Arab di sisi pemerintah, mungkin akan memainkan peran lebih tegas," ujar analis politik Israel, Eylon Levy.
"Mansour Abbas mungkin bisa membebaskan Netanyahu atau memblokirnya dari pemerintahan," sambungnya.
Pada pemilu 2020, Partai Raam sudah menjadi peserta. Partai itu memunyai basis pemilih dari etnis Arab yang menjadi penduduk Israel. Partai Raam juga masuk koalisi partai-partai Arab lainnya dari berbagai haluan politik.
Namun, aliansi itu retak awal tahun ini karena terdapat perbedaan ideologis antara Abbas dan pemimpin partai Arab lainnya.
Abbas yang berhaluan konservatif, tidak sejalan dengan partai-partai Arab lainnya yang berideologi nasionalis serta komunis.
Pernyataan Abbas yang membuka peluang berkoalisi dengan Netanyahu, menuai kecaman dari etnis Arab.
Namun, Abbas berdalih para pemimpin Arab memiliki tanggung jawab untuk bermitra dengan siapa pun yang berkuasa, untuk mengatasi "epidemi kejahatan".
Analis mengungkapkan, dengan Partai Raam memunyai kursi di parlemen dan siap berkoalisi, maka kelompok pendukung Netanyahu semakin mayoritas.
Kalau Partai Raam jadi berkoalisi, maka posisi dukungan untuk Netanyahu bakal kuat di parlemen, yakni 52 kursi.
Baca Juga: Tiga Nelayan Tewas karena Drone Nyangkut di Jala, Diduga Milik Israel
Namun, fraksi parlemen yang menjadi oposisi serta ingin mengakhiri pemerintahan Netanyahu kekinian masih unggul, yakni 56 kursi.