“Kepada rekan-rekan guru, jangan takut divaksin, supaya sehat,” ajaknya.
Senada dengan itu, Erlin Oktyawardani, salah satu pengajar di KB dan TK Kartika 58 juga menyebut bahwa kebijakan vaksinasi bagi PTK dinilainya sangat bagus karena guru adalah garda terdepan penggerak roda pendidikan. Oleh karenanya, penting bagi pendidik untuk memiliki imunitas tubuh yang kuat dalam menyelenggarakan pembelajaran, terutama PTM terbatas.
Tak berbeda dengan rekannya yang lain, Warso, guru SD Patra Dharma 3 Kota Balikpapan justru mengaku dirinya merasa lebih fit setelah dua minggu mendapat vaksinasi Covid-19. Ia menekankan agar rekan-rekan PTK memastikan kondisi Kesehatan masing-masing agar memenuhi syarat sebelum melakukan vaksinasi.
“Vaksinasi sangat penting untuk melindungi diri sendiri dan lingkungan sekitar kita. Kita juga harus tetap menjalankan protokol Kesehatan meski sudah divaksinasi,” pesannya.
Warso berharap, PTM terbatas dapat dilakukan dengan aman dan sesuai prosedur kesehatan yang berlaku. “Sekolah harus memenuhi daftar periksa dan orang tua diberik keleluasaan untuk mengambil keputusan. Kolaborasi seluruh pemangku kepentingan sangat menentukan dalam pengambilan keputusan yang tepat sebelum PTM terbatas dimulai,” tekan Warso.
Tak hanya vaksinasi, di lokasi yang sama, Nadiem turut menyaksikan penyerahan bantuan sumbangan biaya pendidikan (SPP) pemerintah kota Balikpapan bagi sekolah swasta yang terdampak Covid-19 dari Walikota Balikpapan kepada Lembaga pendidikan swasta.
Di antaranya, merupakan bantuan untuk SD Patra Dharma 3 sebanyak 529 siswa Rp 190.440.000, SD Alauliya 2 Balikpapan sebanyak 546 siswa Rp 196.560.000, MI Nahdhatul Ulama Balikpapan sebanyak 421 siswa Rp 151.560.000, Mts Ibnu Kaldun Balikpapan sebanyak 163 siswa Rp 99.000.000, SMP Patra Dharma 1 Balilpapan sebanyak 427 siswa Rp 256.200.000, SMP PGRI 4 Balikpapan sebanyak 533 siswa Rp 393.000.000.
Hari ini, Selasa (6/4), peserta vaksinasi adalah pendidik dan tenaga kependidikan dari PAUD (KB dan TK), SLB, dan SD. Adapun peserta vaksinasi yang berada di Dome Kota Balikpapan berjumlah 600 orang.
Peserta di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Beriman berjumlah 100 orang, peserta di RS Khusus Bersalin Sayang Ibu berjumlah 100 orang, peserta di Puskesmas Prapatan berjumlah 50 orang, peserta di Puskesmas Telaga Sari berjumlah 50 orang, peserta di Puskesmas Perawatan Klandasan Ilir berjumlah 50 orang, dan peserta di Puskesmas Perawatan Mekar Sari berjumlah 50 orang.
Dorongan Penyelenggaraan PTM Terbatas
Baca Juga: Kemendikbud Beberkan Cara Sekolah Terapkan Praktik Baik PTM Terbatas
Sudah satu tahun pandemi Covid-19 melanda dunia dan menimbulkan dampak sosial negatif yang berkepanjangan seperti putus sekolah, penurunan capaian belajar, kekerasan pada anak, dan risiko eksternal lainnya.
Sejak Juli 2020, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan sebagai bagian dari upaya menekan dampak negatif yang berkepanjangan akibat tidak terjadinya pembelajaran tatap muka.
Mendukung diterbitkannya SKB Empat Menteri, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian yang turut mendampingi kunjungan kerja Mendikbud menyampaikan apresiasi terhadap prioritisasi PTK untuk mendapatkan vaksinasi.
“Kami mengapresiasi terutama terkait pengadaan vaksinasi. Kami lihat proses distribusinya cukup bagus. Intinya guru harus cepat menjadi prioritas agar PTM terbatas bisa segera dimulai,” ucap Hetifah.
The World Bank melansir, penutupan sekolah di seluruh dunia diperkirakan dapat mengakibatkan hilangnya pendapatan seumur hidup dari generasi yang saat ini berada di usia sekolah sebesar paling tidak US$10 triliun.
World Health Organization juga menyatakan bahwa penutupan sekolah memiliki dampak negatif bagi perkembangan kesehatan, pendidikan, pendapatan keluarga, dan perekonomian secara keseluruhan.
Untuk diketahui, Indonesia adalah satu dari empat negara di kawasan timur Asia dan Pasifik yang belum melakukan pembelajaran tatap muka secara penuh. Sementara 23 negara lainnya sudah. UNICEF menyebut bahwa anak-anak yang tidak dapat mengakses sekolah secara langsung semakin tertinggal dan dampak terbesar dirasakan oleh anak-anak yang paling termarjinalisasi.