Sensor ini juga diklaim dapat bertahan sekitar dua tahun. Namun, menurut Bayu, penggunaan sensor ini menghadapi tantangan seperti pencurian atau dirusak anak-anak yang bermain di sawah.
Sensor sudah dipasang di seluruh Indonesia Saat ini sudah ada 115 sensor yang dipasang di berbagai lahan di seluruh indonesia. Sensor terjauh dipasang di Manokwari, Papua untuk tanaman padi.
"Kami tidak menjual sensor secara putus, karena itu bukan solusi. Kami merancang ini untuk satu ekosistem atau kluster, makanya kami bekerja sama dengan Bank Indonesia, Bank Negara Indonesia dan beberapa kementerian karena mereka memiliki kelompok-kelompok petani binaan," ujar doktor di bidang agro klimatologi dan perubahan iklim tersebut.
Komoditas yang menggunakan sensor ini mencakup padi, jagung, bawang merah, kopi dari Sumatra Utara, temu lawak dari Sukabumi, cabai, dan kedelai.
"Sensor ini untuk semua komoditas, dapat diset untuk komoditas apa saja, yang berpengaruh pada hasil rekomendasinya. Survei, sosialisasi dan rekomendasi itu sangat penting," ungkap Bayu lebih lanjut.
SDM dan petani generasi milenial
MSMB dibantu olah sekitar 50 hingga 60 pekerja. 10 di antaranya adalah ahli di bidang sensor. Namun untuk mengadakan pelatihan bagi kelompok petani, MSMB bekerja sama dengan kementerian pertanian setempat.
Dalam setiap pelatihan, Bayu selalu mensyaratkan dua hal, yakni petani wajib mengikutsertakan anggota keluarga seperti anak, cucu atau keponakan mereka.
"Petani sekarang kebanyakan berusia di atas 50 tahun. Mereka kebanyakan tidak update dengan teknologi smartphone. Pasti ada anggota keluarga yang mengerti penggunakaan internet yang terhubung dengan smartphone," paparnya menjelaskan mengapa keikutsertaan anak muda menjadi tuntutan.
Baca Juga: Hadiri Pembukaan Hannover Messe 2021 Secara Virtual, Jokowi Sampaikan Ini
Itu pula yang mendorongnya mengajukan syarat kedua, yakni melibatkan kelompok Karang Taruna setempat.