Kepala boneka Boboiboy yang dia pakai sekarang, berukuran lebih lebar sehingga lega. Berbeda dengan kepala boneka kelinci yang dulu membuatnya sakit karena ukurannya kecil.
“Itu (kepala) ada sirkulasi udara. Di bagian mata ada lubang dua. Di mulut juga ada lobang dua. Memang nggak maksimal ya sirkulasi. Maunya sih direkayasa ada exhaust fan, kipas kecil. Tetapi ya memang akan mengubah desain kepala.”
Beban memakai kostum badut terasa lebih berat pada musim panas seperti sekarang. Tetapi umumnya badut memiliki cara masing-masing dalam mengatasi beban.
“Banyak bergeraklah. Dulu waktu masih sekolah kata guru olahraga kalau misal upacara berdiri lama, gerak jalan, gerak-gerakan aja tangan atau apa. Jari kaki dalam sepatu pegel, tangan. Jadi mesti digerak-gerakin supaya nggak kaku.”
Karena panas sehingga keringat tiada henti bercucuran, pekerja badut menjadi cepat haus.
Walau sering minum, mereka jarang kebelet kencing dan hal ini menjadi keuntungan tersendiri karena tidak perlu sering berlari-lari mencari tempat buang air.
“Karena keringatan terus, minum terus keringetan. Kalau nggak keringetan itu kencing mulu.”
Tapi di bulan Ramadhan ini, Ahmad mengatakan dapat merasakan kebesaran Allah. Walaupun memakai kostum di tengah cuaca panas, dia merasa tak kehausan seperti hari-hari biasa.
“Memang Allah Maha Kuasa, keringet nggak terlalu ngucur di bulan puasa ini. Tapi waktu sahur memang mesti dibanyakin minum.”
Baca Juga: Kisah Penyedot Tinja: Rezeki dan Malapetaka di Balik Tahi
![Badut karakter animasi [suara.com/Siswanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/05/02/73613-badut-karakter-animasi.jpg)
Lokasi menentukan penghasilan
Kalau ditanya lebih enak mana mencari uang, menjadi badut atau mengamen, menurut pengalaman Ahmad, lebih enak menjadi pengamen.
Alasannya, menjadi pengamen, dia tidak perlu memakai kostum tertutup seperti ketika menjadi badut.
Tetapi sama seperti mengamen, penghasilan membadut juga ikut ditentukan lokasi.
“Apa sebab, karena kalau ramai ya insya Allah akan ramai juga (penghasilan). Dasarnya dulu. Kalau sepi ya sepi. Jadi walaupun sepi (pendapatan) kalau dia ramai, ada semangat kita, ada harapan. Masa sih besok nggak (dapat penghasilan). Siapa tahu besok lebih baik. Jadi selalu ada harapan.”
Ahmad menjadi badut pertama yang menggelar pertunjukan di bundaran Pasar Pocong.