Bagaimana perspektif pekerja badut terhadap pandangan masyarakat terhadap mereka? Ahmad berpikir sejenak sebelum menjawabnya.
Berangkat dari pengalaman yang dirasakan selama ini, Ahmad kemudian menyampaikan pandangannya.
“Nggak bisa ambil satu kesimpulan. Hanya saja yang pasti, sebagian orang masih suka, sebagian orang acuh, sebagian orang mungkin nggak peduli. Sebagian orang mengejek (pekerjaan membadut).”
“Tapi diakan nggak tahu bagaimana kehidupan kita, dia hanya tahu kehidupannya sendiri. Dia tidak tahu bagaimana sulitnya orang pengen kerja, bagaimana begitu banyak orang pengen kerja, tapi nggak bisa. Kepedulian itu sudah jarang. Mereka hanya berpikir bagaimana cara saya bisa hidup. Orang lain mau mati mau nggak, sudah masa bodoh. Itu (pandangan) sudah pada umumnya.”
Bagaimana kalau nanti dilarang?
Ahmad belum pernah terkena razia yang dilakukan petugas Satuan Polisi Pamong Praja.
Selama ini dia selalu mencari tempat untuk bekerja yang kecil kemungkinan ditertibkan petugas pemerintah daerah.
“Ponakan pernah (dirazia) di samping kantor polsek, daerah Kemang, Rawalumbu. Pas keluar dari perumahan dia ditangkap Satpol PP dan nginap satu malam. Alasannya macam-macam.”
Dia berharap andaikata ada larangan praktik badut di jalan raya, harus diterapkan tanpa pandang bulu dan alasannya jelas serta memberikan solusi bagi orang-orang kecil.
Baca Juga: Kisah Penyedot Tinja: Rezeki dan Malapetaka di Balik Tahi
“Jangan begitu ada orang ini (badut) ditangkap, padahal orang mengganggu, tidak bikin macet, tidak membuat orang ketakutan. Tidak ada yang merasak terusik dengan adanya badut.”
Dia berharap praktik badut jangan pernah dilarang-larang, apalagi dalam kondisi ekonomi sekarang, karena ada begitu banyak orang yang tidak punya pilihan.
Tak terasa cukup lama kami ngobrol.
Pelan-pelan, Ahmad mengangkat kepala badut tokoh film Boboiboy dan kemudian memakainya. Lalu dia berjalan menuju bagian tengah persimpangan jalan dekat bundaran. Setelah melambai-lambaikan tangan tanda salam kepada saya, Ahmad segera tenggelam dalam kesibukan di tengah lalu lalang kendaraan.
Sambil membalas lambaian tangan Ahmad, saya teringat ucapannya. “Yang saya yakin pasti, Allah pasti ngasih jalan, walaupun (rezeki) sedikit, ya tetep ada jalan insya Allah. Yang penting saya nggak milih-milihlah kerja.”